Translate

Kesusahan Sebagai Kesempatan Untuk Berjalan Di Jalan Yang Benar

Kesusahan sebagai kesempatan untuk berjalan di jalan yang benar ~ Landasan firman Tuhan untuk tema kesusahan sebagai kesempatan untuk berjalan di jalan yang benar, diambil dari kitab Amsal 23 dan Ayub 1:21. Dalam Amsal 23:19 : “Hai anakku, dengarkanlah, dan jadilah bijak, tujukanlah hatimu ke jalan yang benar”. AMSAL 23 mengajarkan kita untuk menjaga akses masuk ke dalam kehidupan kita dari ketiga sisi kehidupan yang kita miliki, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Mari kita belajar untuk hidup menurut hikmat dan pengertian firman Tuhan untuk menjadi bijak. Jagalah akses ke tubuh Anda, AMSAL 23:3 mengatakan: “Jangan ingin akan makanannya yang lezat, itu adalah hidangan yang menipu”. Sudah banyak informasi yang tersedia untuk mengenal makanan dan minuman yang tersedia. Kita wajib menjaga tubuh ini sama dengan menjaga jiwa dan roh. Memang tubuh adalah bagian yang jarang dikhotbahkan, itu sebabnya banyak orang yang gegabah dalam mengelola tubuhnya. Ayat ini mengajarkan bahwa apa yang enak di mulut belum tentu sehat untuk tubuh. Enak atau tidaknya sebuah makanan itu hanya terasa sesaat saja, hikmatnya adalah apakah dampaknya di kemudian hari. Jagalah akses ke jiwa Anda, jiwa terdiri dari pikiran, emosi, kehendak, dan perasaan. Mata dan telinga adalah pintu gerbang ke dalam pikiran kita. Jika kita tidak menjaga akses masuk sebuah informasi, maka pikiran kita akan dipenuhi dengan kebohongan iblis. Kebohongan ibis selalu akan membawa ketakutan, kegelisahan dan putus harapan. Itu sebabnya AMSAL 23:12 mengajarkan: “Arahkanlah perhatianmu kepada didikan, dan telingamu kepada kata-kata pengetahuan”, kemudian AMSAL 23:26 mengatakan: “Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku”. Kedua ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga telinga dan mata, karena itulah pintu gerbang ke dalam pikiran manusia. Sortir apa yang kita tonton, baca dan dengar. Tidak semua informasi itu baik untuk dikonsumsi, kadang kita harus mengambil keputusan untuk keluar dari sebuah WA grup atau menjauh dari beberapa orang karena isi pembicaraannya selalu negatif dan gosip.
Kemudian jaga akses ke roh Anda. Ingat waktu Anda lahir baru, roh Anda yang diperbaharui (baca YOHANES 3:5-6). Itu sebabnya sangat penting untuk kita terus memberikan roh kita makanan rohani, supaya bertumbuh dan kokoh. AMSAL 23:23 mengajarkan: “Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian”. Selama kita hidup, jangan pernah seharipun dilewati tanpa diisi oleh kebenaran firman Tuhan. Terus belajar dan terus bertanya kepada orang yang sudah pernah melewati sebuah jalan yang akan kita akan lewati, minta hikmatnya. Terus bertanya kepada Roh Kudus ketika ada kebenaran yang kita masih belum mengerti. Terus ketuk pintu Sorga supaya Tuhan membuka telinga dan mata rohani kita. Berikan roh kita makanan kebenaran, niscaya hidup kita akan dipimpin oleh Roh Kudus. Jaga akses menuju tubuh, jiwa dan roh, maka Anda akan hidup sebagai orang bijak dan mengalami kemenangan. Ingatlah ini: “menikmati durian, berpeluang tertusuk duri, menikmati salak berpeluang tangan tersayat, mendulang emas berpeluang hanyut oleh banjir, memanen madu, berpeluang tersengat bisa lebah; dibalik kesulitan ada peluang berkat”. Katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN” – Ayub 1:21. Adakah orang yang tidak pernah mengalami kesusahan dalam hidupnya? Setiap orang pasti pernah mengalami kesusahan, tidak terkecuali orang kristen. Dan ketika menghadapi kesusahan setiap orang menghadapinya dengan sikap yang berbeda-beda; ada yang menghadapinya dengan marah, stres, mengeluh, menyalahkan orang lain, bahkan sampai menyalahkan Tuhan. Itulah sebabnya karena kesusahan yang kita alami hidup kita bisa kacau, keluarga bisa hancur dan iman bisa runtuh. Melalui kisah Ayub, kita dapat belajar bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi kesusahan hidup. Dalam kesalehan hidup beragamanya Ayub mengalami kesusahan besar dalam hidupnya; harta bendanya habis, anak-anaknya meninggal, dan ia terkena penyakit kulit yang sangat mengerikan. Menghadapi kesusahan itu, bisa saja Ayub bersikap marah, meragukan kebaikan Tuhan dan bahkan menuduh Tuhan melakukan yang tidak adil terhadap dirinya. Tetapi Ayub tidak bersikap demikian, dalam kesusahannya ia memilih sikap tetap percaya pada Tuhan dengan segala kebaikan-Nya, katanya, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (1:21b). Dari Ayub kita belajar bahwa: pertama; kesusahan ternyata dapat merupakan kesempatan bagi kita untuk menunjukan kesetiaan kepada Tuhan (Ayub 2:10), kedua; kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan pengenalan yang benar akan Tuhan (Ayub 42:5), ketiga; kesempatan untuk tetap hidup dalam rencana Tuhan dan penggenapannya (Ayub 42:10). Sahabat, kesusahan adalah kesempatan, bila kita menyikapi kesusahan itu dengan sikap yang benar dan dengan tetap percaya pada Tuhan dengan segala kebaikannya pada kita. Jadi bila kesusahan datang, marilah kita belajar kepada Ayub, dengan menjadikan kesusahan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan tetap kuat di dalam Tuhan.

Post a Comment for "Kesusahan Sebagai Kesempatan Untuk Berjalan Di Jalan Yang Benar"