Translate

Tanggung Jawab Umat Tuhan Terhadap Ciptaan Lainnya

Tanggung jawab umat Tuhan terhadap ciptaan lainnya ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tanggung jawab umat Tuhan terhadap ciptaan lainnya, diambil dari kitab Mazmur 146:1-10. Mazmur 146 sampai Mazmur 150, oleh para ahli kitab suci, disebut Mazmur Hallel. Itu disebabkan karena kelima Mazmur tersebut selalu diawali dan diakhiri dengan seruan Halleluya. (Pujilah Yahweh/TUHAN). Jika dilihat dengan cara seperti ini, maka boleh dikatakan bahwa seluruh koleksi 150 Mazmur ini akhirnya dipuncaki dengan seruan Hallel tersebut. Seluruh perjalanan ziarah dalam tonggak-tonggak mazmur itu bermuara pada pekik Hallel. Dan hal itu terasa sangat luar biasa karena akhirnya puncak seluruh ziarah kita dalam mendalami Mazmur-mazmur ini bermuara pada seruan “Pujilah TUHAN” itu sendiri. Umat TUHAN, ada banyak tokoh penolong dalam hidup manusia. Bahkan dalam dunia perfilman modern seperti Bioskop Holywood dewasa ini, ada banyak tokoh penolong yang hebat-hebat: superman, spiderman, batman, superhero dll. Dengan caranya sendiri, tokoh-tokoh penolong ini memberi pertolongan bagi manusia yang sedang mengalami masalah ataupun kesulitan hidup. Bila kita telisik, Mazmur ini juga menawarkan sosok penolong dalam iman dan kepercayaan kita. Sang penolong itu tidak lain ialah TUHAN Allah sendiri. Pemazmur yakin bahwa hanya Dia-lah satu-satunya sang penolong yang handal. Hal itulah yang dikemukakan dengan sangat jelas dalam judul Mazmur ini: “Hanya Allah satu-satunya penolong.”.
Pemazmur memulai dengan mengajak jiwanya sendiri untuk memuji TUHAN, halleluya, pujilah (hallelu), TUHAN (Ya, bentuk singkat dari Yahweh) (ay 1). Puji-pujian itu tidak hanya dilakukan sebentar atau sesewaktu saja (misalnya: kalau ingat), melainkan ia hendak melakukannya selama ia hidup (ay 2), selama ia masih ada, dengan kata lain selama ia masih bernafas, selama masih ada nafas kehidupan. Kiranya hal itu jelas dengan sendirinya karena nafas kehidupan itu adalah roh yang berasal dari Roh Allah yang dihembuskan pada awal mula yang mendatangkan kehidupan (bdk.Kej.2:7). Karena Pemazmur telah percaya dan hanya mengandalkan TUHAN Allah saja, maka ia pun menegaskan bahwa tidak ada pihak lain (manusia, juga yang berkedudukan tinggi sebagai bangsawan atau raja sekalipun) yang bisa memberi rasa aman kepada hidup manusia (ay 3). Mengapa demikian? Pemazmur memberi alasannya dalam ayat 4. Dan alasannya sangat jelas: karena manusia adalah makhluk yang fana juga (Kej.2:7). Ia berasal dari tanah dan pada saat mati ia akan kembali menjadi debu tanah. Dengan demikian tidak ada gunanya untuk percaya dan berlindung kepada manusia, karena manusia adalah makhluk yang fana belaka, makhluk yang serba rapuh. Sebaliknya, Mazmur ini memuji-muji, bahagianya orang yang mengandalkan TUHAN sebagai penolong, atau yang menjadikan TUHAN sebagai dasar atau tumpuan pengharapan (ay 5). Percaya dan mengandalkan TUHAN Allah itu adalah sangat berdasar karena, sebagaimana diungkapkan dalam ayat 6, TUHAN itulah sang pencipta langit dan bumi. Seluruh alam semesta ini termasuk manusia di dalamnya diciptakan oleh TUHAN. Saudara-saudari yang dikasihi oleh TUHAN, ternyata TUHAN tidak hanya menciptakan, melainkan Ia tetap membimbing dan melestarikan alam ciptaan-Nya dengan menjaga dan memelihara seluruh karya ciptaan tersebut. TUHAN sang pencipta itu adalah setia dan kasih serta kesetiaan-Nya itu berlangsung sepanjang segala abad. Karya penciptaan dan penyelenggaraan TUHAN masih dilukiskan terus dalam ayat berikutnya (ay 7). Kali ini Pemazmur melukiskan karya TUHAN atas dunia ciptaan-Nya. Misalnya di sana disebutkan bahwa TUHAN yang menegakkan keadilan terutama keadilan bagi orang-orang yang cenderung mudah menjadi korban dalam sebuah struktur atau tatanan masyarakat. Misalnya TUHAN membela orang yang diperas (ay 7), memberi makanan (roti) kepada orang yang lapar (ay 7), TUHAN membawa kebebasan bagi orang yang terkurung (ay 7). Selain itu TUHAN juga membuka mata orang buta agar mereka bisa melihat ay 8, TUHAN menegakkan kepala orang yang tertunduk (entah karena malu ataupun sedih, ay 8). Tidak hanya berhenti di situ saja, TUHAN pun mencintai orang-orang yang tidak bersalah (orang benar, ay 8). TUHAN melindungi orang-orang asing, yatim dan kaum janda (ay 9). Sebaliknya TUHAN membengkokkan jalan orang-orang jahat, orang fasik. Singkatnya TUHAN tampil sebagai tokoh yang menjungkir-balikkan tatanan yang tidak adil, struktur masyarakat yang menindas. Dilihat dengan cara demikian, maka “Revolusi sosial” yang kita lihat di dalam kidung Maria (Luk.1:46-55; bdk. 1Sam.2:1-10), sudah terlebih dahulu tampak di sini. Setelah menampilkan TUHAN dengan segala macam tindakan dan perbuatan-Nya, akhirnya pemazmur mengakhiri mazmurnya ini dengan sebuah maklumat agung: yaitu bahwa TUHAN itu raja untuk selama-lamanya. TUHAN Allah akan menjadi Raja Sion sepanjang segala abad. Karena Mazmur ini sudah dibuka dengan seruan Hallel, maka mazmur ini pun akhirnya juga ditutup dengan pekik Hallel itu, Pujilah TUHAN, Halleluya. Tema minggu kita menyatakan: Mengasihi bumi dan segala isinya, Allah telah menciptakan dan terus berkenan memelihara bumi ciptaan-Nya, sebagai umat Allah; pemeliharaan yang sama tetap ada pada kita untuk merawat dan menjaga bumi yang kita diami, rumah bersama kita, untuk menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh makhluk. Apa yang ada di dalamnya; seluruh ciptaan-Nya; menjadi objek pemeliharaan dan kasih kita demi kebahagiaan dan keberlangsungan hidup yang aman, damai dan saling melindungi. Seluruh ciptaan Allah, berhak untuk hidup secara baik di bumi yang TUHAN anugerahkan ini. Mari merawat bumi agar kita terawat di dalamnya. TUHAN memberkati.

Post a Comment for "Tanggung Jawab Umat Tuhan Terhadap Ciptaan Lainnya"