Kebangkitan Yang Meneguhkan Relasi
Kebangkitan
yang meneguhkan relasi ~ Kalau kita memperhatikan dengan baik
perilaku seekor anjing dan seekor kucing, maka kita menemukan suatu perbedaan
yang sangat signifikan. Ketika anjing dibiarkan berkeliaran di halaman atau
taman, maka kita melihat bahwa pada anjing hendak membuang kotorannya, maka
membuangnya begitu saja, sehingga terkesan menjijikan.
Berbeda dengan kucing. Ketika
kucing hendak membuang kotorannya, maka kucing terlebih dahulu menggali tanah,
lalu dia membuang kotorannya dan setelah itu si kucing menutup kembali
kotorannya dengan tanah galiannya. Dari sini kita bisa melihat suatu perbedaan.
Anjing dikesankan sebagai binatang yang tidak bersih dan sebaliknya kucing
menjadi binatang yang bersih.
Selanjutnya kalau kita
perhatikan perilaku anjing dan kucing ketika ada di rumah juga memperlihatkan
suatu perbedaan karakter yang sangat signifikan. Kucing akan terlihat
berperilaku manja kepada majikannya atau pemiliknya. Si kucing selalu ingin
dibelai dan ada dipangkuan sang majikan atau pemiliknya.
Berbeda sekali dengan
perilaku anjing. Sekalipun dekat dengan majikan atau pemiliknya, anjing lebih
senang berbaring atau merebahkan dirinya di lantai dekat dengan majikannya. Ketika
ada orang asing yang mampir ke rumahnya majikannya, maka si anjing akan
bereaksi dengan sigap untuk membela majikan atau pemiliknya. Ia pasti membela
majikannya sampai akhir hidupnya. Tapi si kucing tidak akan pernah membela
majikannya.
Anjing memang dalam sejarah
pernah dicatat sebagai salah satu binatang yang sangat loyal, setia, tulus dan
tahu berterima kasih atau membalas kebaikan majikannya. Misalnya di Jepang, ada
patung Hachiko, seekor anjing yang setia menunggu majikannya sampai akhir
hayatnya di Stasiun Shibuya, Tokyo.
Tanpa bermaksud
menganalogikan kondisi tersebut, enam hari sebelum Paska, Yesus hadir dalam
perjamuan syukur di rumah Lazarus yang baru saja dibangkitkan dari kematiannya
dan Marta melayani Yesus dan para murid. Tiba-tiba Maria mengambil setengah
kati (setengah liter) minyak narwastu yang mahal harganya, lalu meminyaki Yesus
dan menyekanya dengan rambutnya. Bau semerbak minyak narwastu segera memenuhi
ruangan itu dan ruangan yang tadinya penuh dengan perbincangan kini semua
tatapan mata tertuju kepada sosok Maria saja, termasuk Yudas Iskariot juga
memperhatikan Maria.
Yudas menyayangkan tindakan
Maria yang dianggapnya menghamburkan uang senilai 300 dinar atau setahun upah
seorang pekerja, hanya untuk membeli minyak narwastu, padahal uang sebesar itu
bisa dibagikan kepada orang miskin. Yudas sepertinya sangat peduli dengan nasib
rakyat miskin.
Tapi Alkitab menjelaskan:
“Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin,
melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang ada
dalam kas yang dipegangnya” - Yohanes 12:6. Hati Yudas sudah terikat pada uang, mungkin ia biasa mengambil kesempatan dalam
kesempitan.
Pada awalnya, ia menguasai
uang; kemudian, uang menguasai hatinya. Awalnya, ia mencuri uang; kemudian uang
mencuri hatinya. Akhirnya, ia jadikan Yesus sebagai alat untuk memperkaya
dirinya sendiri.
Sementara Maria datang
kepada Yesus dengan segala ketulusan hati, ia tahu membalas budi, ia tidak
berhitung soal uang dengan Yesus yang sudah menyelamatkan hidup Lazarus
saudaranya. Dengan bersujud ia mempersembahkan minyak yang mahal tanpa merasa
rugi. Karena bagi Maria, Yesus adalah segala-galanya dalam hidupnya.
Maria adalah sosok yang
tulus menyembah dan mengasihi Yesus sedalam-dalamnya dan perbuatan yang
dilakukannya adalah sebuah tindakan cinta kasih yang tulus dan ikhlas menjelang
Yesus menjalani masa sengsara-Nya. Kita diingatkan untuk meneladani sikap Maria
yang tidak mempersoalkan untung-rugi ketika melayani Tuhan dan jemaat-Nya.
Marilah kita dengan tulus hati mempersembahkan diri kita dengan segala
keberadaannya untuk kemuliaan Tuhan kita.
Post a Comment for "Kebangkitan Yang Meneguhkan Relasi"
Terima kasih sudah membaca blog ini, silahkan tinggalkan komentar Anda