Translate

Latar Belakang Surat Efesus

Latar belakang surat Efesus ~ Sanggahan bersifat Teologis. Tentang Teologi dalam surat ini, para penafsir mengemukakan pendapatnya sendiri misalnya, mengatakan bahwa dalam surat Efesus (dan tidak ada di surat-surat lain yang umum diakui sebagai tulisan Paulus) Kristus berperan mempengaruhi seluruh alam semesta; bahwa pusat perhatian (Yun, ta epourania,---ungkapan yang tidak terdapat di surat-suarat Paulus kecuali di Efesus [1:3,20 ; 2:6 ; 3:10; 6:12].

TBI menerjamakannya “di sorga” kecuali di 6:12 “ di udara) ini adalah tempat-tempat sorgawi di mana kuasa-kuasa bertindak; bahwa pusat perhatiannya adalah jemaat; bahwa hal pembenaran tidak disebut; bahwa pendamaian yang dimaksud adalah terjadi antara orang Yahudi dan non-Yahudi, dan bukan antara Allah dan manusia; bahwa penyelamatan dilukiskan sebagai ihwal bangkit kembali bersama dengan Kristus, tidak sebagai ihwal mati bersama dengan dia; dan kedatangan Yesus yang kedua tidak disebut sama sekali, dan sebagainya.

Meski demikian, semua hal itu hanya merupakan perbedaan tekanan yang tidak penting; dan orang tentu akan melihat sikap khas Paulus dalam teologi surat Efesus. Bahkan mereka yang menyangkal bahwa penulisnya adalah Paulus, terpaksa mengakui bahwa surat ini sarat dengan gema-gema dari surat-surat Paulus yang sejati.

Bila dipertanyakan, pandangan manakah yang umum diterima para ilmuan modern tentang penulis surat Efesus, maka jawabannya ialah kebanyakan ilmuwan tidak mau berpihak, mereka sependapat dengan J.H. Houlden bahwa “tidak ada persetujuan umum” karna “argumen menjawab argumen lain tanpa hasil yang jelas”.


Masi ada ilmuwan yang menyangkal Paulus sebagai penulis surat itu dan menyarankan teori-teori lain, seperti, E.J. Goodspeed. Ilmuwan lainnya masi menganut pandangan tradisional , A.M. Hunter misalnya. Ia mengatakan, “mereka yang menyangkal Paulus sebagai penulis surat Efesus, bertanggung jawab untuk memberikan bukti yang memuaskan, yang mendukung pendapat itu”. Markus Barth memakai ungkapan yang sama dengan berkata bahwa pendapat tradisional itu “harus dipandang tidak salah sampai pada kesalahannya dibuktikan”.

Menurut jhon R.W. Stott pendapat Barth itu terlalu lemah. Bukti dari luar maupun dalam surat belum dipertimbangkan sebagaimana mestinya. Kesaksian jemaat bahwa Pauluslah penulisnya tidak boleh dipandang enteng. Surat Efesus bukan hanya berkata bahwa penulisnya adalah Paulus, tetapi juga memuat tema yang sangat cocok dengan segala sesuatu yang kita ketahui tentang “rasul kepada non Yahudi” itu. Temanya menguraikan pendamain antara orang Yahudi dan non Yahudi melalui pekerjaan Rahmat Allah yang mendamaikan manusia dalam Kristus.

Tidak berlebihan bila G.C. Findlay menulis bahwa keraguan modern tentang penulis surat Efesus (kemudian hari) akan dipandang sebagai “suatu keanehan dari zaman yang terlalu mencela”. Setelah membuat survei singkat tentang berbagai pandangan modern itu, marilah kembali kepada teks surat Efesus. Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah.

Paulus memakai gelar yang Yesus berikan kepada kedua belas murid-Nya. Gelar tersebut, menurut Latar Belakangnya dalam PL dan dalam Yudaisme para nabi, dimaksudkan untuk seorang yang khas dipilih,dipanggil, dan di utus untuk mengajar dengan kewibawaan. Untuk pelayanan ini Paulus tidak menawarkan diri dan jemaat Kristen pun tidak memanggil dia. Kerasulannya terjadi karna ia dipilih oleh kehendak Allah dan di utus oleh Yesus Kristus.

Dalam keadaan ini patutlah kita mendengarkan amanat surat Efesus dengan penuh perhatian dan kerenndahan hati. Penulisnya bukanlah seorang biasa yang hanya menawarkan pendapatnya, bukan juga seorang pengajar yang pintar namun dapat khilaf,bukan juga tokoh misionaris yang paling hebat. Ia adalah “seorang rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah”. Dan karna itu wibawanya sebagai pengajar adalah wibawa Kristus, demi nama Kristus, dan ia menulis surat ini dengan pengilhaman Kristus.