Latar Belakang Surat Efesus
Latar
belakang surat Efesus ~ Surat Paulus kepada jemaat di efesus
menyajikan ringkasan kabar baik dan berbagai implikasinya, singkatnya namun
menyeluruh. Surat ini mendorong pembacanya untuk kagum menyembah Allah dan
menantang pembaca dengan pertanyaan : apakah kehidupan Kristen anda sudah
mantap?
Dalam bagian ini kita akan
membahas secara latar belakangnya, tentulah kita akan membahas penulisnya,
penerimanya dan pesannya. Penulis. Sebelum pertengahan abad kedua surat ini
dikenal di antara seluruh umat Kristen dan mereka senantiasa percaya bahwa
Pauluslah yang menulis surat efesus ini.
Sehingga dalam gereja
mula-mula tidak ada keragu-ragu an sedikitpun tentang hal itu. Karna kalau kita lihat Sesuai dengan cara menulis suarat
pada zaman itu, penulis memulai suratnya dengan memperkenalkan diri. Iya
menyebut dirinya “Paulus”.
Bahwa surat efesus benar ditulis
oleh Rasul Paulus , diterima di mana-mana. Tapi ada beberapa orang yang ragu
kalau Paulus yang menulisnya. para ilmuan Jerman mempertanyakan keaslian surat
tersebut. Salah seorang dari antara ilmuwan jerman itu adalah Markus Barth,
yang mengatakan, “ banyak alasan yang mendukung
pendapat bahwa surat efesus tidak ditulis oleh paulus, bahkan tidak ditulis pada
zamannya”.
Para penafsir yang meragukan
kepenulisan Paulus mengamati kosa kata dan gaya bahasa dalam surat efesus, yang
menurut mereka, berbeda dengan kosa kata dan gaya bahasa Paulus dalam
surat-surat lainnya. Mereka menghitung jumlah kata yang tidak terdapat dalam surat-surat Paulus yang lain, juga
jumlah kata kesenangan Paulus yang
tidak terdapat dalam suarat Efesus. Lagipula mereka berkata bahwa gayanya
kurang bersemangat bila dibandingkan dengan gaya biasa Paulus.
Berdasarkan pengamatan itu
mereka menyimpulkan bahwa surat Efesus tidak ditulis oleh Paulus. Tapi pengamatan
dan kesimpulan mereka sangat subjektif. Selain itu, luas diyakini bahwa
sangahan yang didasarkan pada kosa kata dan gaya bahasa sangat diragukan.
Justru keliru berpendapat bahwa pikiran Paulus yang orisinal akan selalu membatasi diri pada kosa kata yang
sama atau pada gaya yang tidak dapat diubah. Tema baru tentulah dinyatakan
dengan kata-kata baru; dan keadaan yang tidak sama menciptakan suasana yang
tidak sama pula.
Tapi para penysnggah
mengemukakan dua alasan kuat mendukung padangan bahwa surat efesus tidak asli.
Yaitu: Sanggahan bersifat historis. Mereka berkata bahwa cerita dalam Kisa para
Rasul tidak sesuai dengan isi surat efesus. Menurut kisa para rasul, Paulus dan
jemaat di efesus sudah lama saling mengenal dari dekat. Safari penginjilan pertama
Paulus ke efesus memang singkat bisa kita lihat dalam Kis 18:19-21 “lalu
sampailah mereka di Efesus.
Paulus meninggalkan Priskila
dan Akwila di situ. Ia sendiri masuk ke rumah ibadat dan berbicara dengan
orang-orang Yahudi. Mereka minta kepadanya untuk tinggal lebih lama di situ,
tetapi ia tidak mengabulkannya. Ia minta diri dan berkata ‘aku akan kembali
kepada kamu, jika Allah menghendakinya’. Lalu bertolaklah ia dari Efesus”.
Namun safari penginjilannya
yang kedua, berlangsung tiga tahun (Kisah
Para Rasul 19:1-20). Selama tiga tahun itu Paulus mengajar anggota-anggota jemaat.
“baik di depan umum maupun dalam perkumpulan di rumah-rumah. Itu bisa dilihat
dalam Kis 20:20 “sungguhpun demikian aku tidak perna melalaikan apa yang berguna bagi kamu.
Semua kuberikan dan
kuajarkan kepada kamu, baik dimuka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di
rumah kamu. Pada saat Paulus meninggalkan mereka untuk kali terahir, “
menangislah mereka semua tersedu-sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka
berulang-ulang mencium dia” (ay 37).
Karna itu demikian
penyanggah mengherankan bahwa suarat Efesus yang dalam hal ini tidak seperti
surat-surat Paulus yang lainnya, tidak memuat salam-salam pribadi. Paulus hanya
memakai kata-kata umum, seperti : “damai sejatrah menyertai sekalian saudara”
dan “anugrah menyertai semua orang yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus”
(6:23-24). Paulus menyebut keadaanya sebagai orang yang dipenjarakan. (Ef 3:1 ;
4:1 ; 6:20), tapi ini tidak merujuk pada keadaan para pembacanya. Lagipula,
tidak ada tanda bahwa dia mengenal mereka dari dekat. Paulus hanya mendengar
tentang iman dan kasih mereka; dan mereka mendengar tentang tugas yang
dipercayakan kepadanya.
Kita dapat melihat itu dalam
efesus 1:15 “karna itu setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus
dan tentang kasihmu terhadap semua
orang kudus”. Dan mengenai mereka mendengar tentang Paulus dapat dilihat dalam
efesus 3:2-4 “memang kamu telah mendegar tentang tugas penyelengaraan kasih karunia
Allah, yang dipercayakan kepadaku karna kamu, yaitu bagaimana rahasiaNya
dinyatakan kepadakudengan wahyu, seperti yang telah kutulis diatas dengan
singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui daripadanya
pengertianku akan rahasia Kristus”.
Sifat kurang pribadi dari
surat efesus ini, memang mengherankan. Tapi itu tidak boleh dijadikan alasan
untuk menyimpulkan bahwa Paulus bukan Penulis surat Efesus. Kemungkinan-kemungkinan
lain dapat dikemukakan, misalnya mungkin Paulus mengirim surat itu kepada suatu
kelompok jemaat di Asia, bukan hanya kepada jemaat di Efesus; atau mungkin ia
menulis bukan kepada jemaat seutuhnya, melainkan kepada anggotanya yang non
Yahudi, yang telah bertobat dan dibaptis sesudah ia meninggalkan kota itu, dan
tidak dikenalnya secara Pribadi.