Translate

Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat


Kebenaran dalam perspektif filsafat ~ Apakah filsafat dapat membawa manusia kepada kebenaran? Para filsuf dizaman Yunani kuno, tidak berani mengatakan bahwa mereka telah memiliki kebenaran. Filsafat berasal dari kata Yunani Philo=Mencintai dan Sophia=Kebijaksanaan. Seorang filosof atau filsuf adalah orang yang mengaku mencintai kebenaran. Mereka tidak pernah claim telah mendapat kebenaran.

Kita lihat bahwa para filsuf saling membantah dan saling mengritik satu dengan lain, Umpama waktu rationalisme Eropah kontinental sedang ngetrend, di-Inggris dikembangkan Empricisme. Sesuatu biarpun masuk akal, kalau bertentangan dengan pengamatan, yang mana yang "lebih benar"?

Kalau orang melempar sepotong kayu kecil dan sebuah batu besar pada saat yang bersamaan, yang mana akan sampai ketanah lebih dahulu? Rasio dan perasaan manusia mengatakan batu besar akan sampai lebih dahulu.


Tetapi percobaan yang dilakukan Galileo dari menara Pisa menunjukkan mereka jatuh pada saat yang bersamaan. Yang mana yang lebih dapat dipercaya? Kesimpulan rational atau kesimpulan experimental? Tentu saja kesimpulan experimental.

Ilmu pengetahuan alam kemudian memakai keduanya. Kalau percobaan mendukung kesimpulan rational orang lebih percaya kesimpulan tersebut. Tetapi kalau percobaan membantahnya, orang lebih percaya kesimpulan experimental atau kesimpulan empiris.

Jadi apakah kesimpulan empiris "lebih benar" dari kesimpulan rational? Galileo dan Newton memang berpendapat begitu. Para ilmuwan setelah Newton pada umumnya mengambil sikap ini. Imanuel Kant (1724-1804) berusaha untuk menjembatani rasionalisme dan empiricisme.

Lalu apakah suatu kesimpulan empiris mutlak benar? Seorang filsuf dari Scotlandia David Hume (1711-1776) telah memberi peringatan bahwa kesimpulan empiris tidak pernah dapat dibuktikan benar. Ia menyangsikan bahwa ilmu pengetahuan pernah dapat mencapai kebenaran mutlak.


Kesimpulan umum ialah bahwa filsafat tidak pernah dapat membawa manusia kepada kebenaran, dalam artikata kebenaran "mutlak". Kebenaran relatip dan subjektip mungkin ada, tetapi kebenaran objektip dan mutlak? Tidak ada filsuf yang berani claim bahwa ia telah mendapat kebenaran mutlak dan objektip.