Dokmatika Baptisan Kudus 2
Dokmatika baptisan kudus ~ Selain itu, sakramen juga merupakan
meterai yang dipakai untuk mene-guhkan dan mengesahkan janji-janji Allah.
Misalnya: sunat, dalam PL, adalah meterai kebenaran berdasarkan iman Abraham
(Roma 4:11). Di dalam PB, sunat telah diganti dengan baptisan (Kol. 2:11-12).
Demikian pula dengan perjamuan kudus yang menunjuk pada tubuh dan darah Kristus
yang memeteraikan perjanjian baru antara Allah dengan umatNya (1 Kor. 11:25).
Sakramen itu sendiri tidaklah
mengandung daya yang dapat menguatkan iman. Sakramen bukanlah ‘obat kuat’. Yang
dapat menguatkan iman adalah Roh Kudus. Dialah yang menguatkan iman umatNya
melalui perantaraan sakramen. Oleh karena itu, sakramen tidak dapat dipisahkan
dari kuasa Roh Kudus. Hal ini perlu untuk dipahami untuk menghindari pemahaman magis dari
sebagian orang tentang sakramen.
Mari kita pelajari lebih lanjut tentang baptisan kudus. Setelah
kebangkitanNya, Kristus memerintahkan murid-muridNya untuk menjadikan semua
bangsa muridNya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
(Mat. 28:19). Ada beberapa hal kontroversial yang berkaitan dengan baptisan
air. Berikut ini dipaparkan tentang masalah dan penjelasannya.
1. Mengapa harus pakai air?
Gereja “Bala Keselamatan” tidaklah mempraktekkan baptisan air.[4] Para orang tua “menahbiskan”
anak-anak mereka kepada Tuhan di bawah bendera Bala Keselamatan dalam suatu
kebaktian. Bagi mereka yang terpenting adalah baptisan Roh yang terjadi pada
saat seseorang ‘dilahirkan kembali’ dan diilhami oleh kasih Allah, dan bukan
baptisan air.
Tentunya penggunaan bendera tidaklah
terdapat di dalam Alkitab. Penahbisan dengan cara itu adalah ciri khas “Bala
Keselamatan” yang bercorak militeristik dengan pangkat-pangkat yang
menyertainya.
Air dipakai di dalam baptisan karena air berfungsi untuk
membersihkan kotoran dari tubuh manusia. Jadi, air melambangkan kasih Yesus
yang mampu membersihkan manusia dari dosa. Air juga memberi kemungkinan untuk
semua mahluk dapat hidup. Yesus datang untuk memberikan hidup kekal kepada
setiap orang yang percaya kepadaNya (Yoh. 5:24).
[4] Pada mulanya, sebagai mantan
pendeta di gereja Metodis, William Booth mengakui dan melayani baptisan
air. Anak-anaknya juga dibaptiskan. Para pengikutnyapun pada mulanya, dan di
tempat-tempat tertentu, tidak dilarang menerima sakramen itu. Namun,
sejak keputusan William Booth, tanggal 2 January 1883, Gereja “Bala
Keselamatan” tidak lagi melayani ataupun mengakui kedua sakramen (baptisan dan
perjamuan kudus). (Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja[Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996], 281, 284).