Translate

Doktrin Spiritualitas Keugaharian

Doktrin spiritualitas keugaharian ~ Spiritulaitas keugaharian mengajarkan kita untuk mengendalikan keinginan-keinginan dan hawa nafsu. Dalam kehidupan kebersamaan, spiritualitas keugaharian berarti menghormati orang lain, menghormati kepentingan bersama dan kemudian kita harus saling menolong.

Salah satu yang juga perlu diwaspadai, menurut Prof. Syafiq, adalah tidak ada agama yang dipahami secara seragam oleh semua umatnya, pasti ada perbedaan-perbedaan di dalam memahami agama. Dan dalam memahami agama kita banyak dikendalikan dan disandera oleh sejarah masa lalu yang sulit dihilangkan.

Akibatnya selalu muncul kecurigaan, dan adanya keinginan untuk mendominasi. Tetapi sekarang ini situasinya sudah berbeda. Ada batas-batas negara, ada konvensi dan hukum internasional yang harus dihormati. Sehingga tidak bisa lagi dibenarkan keyakinan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) untuk membangun Khilafah Islamiah, atau versis Hisbut Tahir Indonesia (HTI) yang berupaya agar seluruh dunia Islam melebur dan menjadi satu kekuatan khilafah.


Menilik dari perspektif ekonomi dan agama Islam, Ulil Abshar Abdala melihat pentingnya spiritualitas keugaharian karena keprihatinan atas kecenderungan umat manusia sekarang ini yang mengkonsumsi segala sesuatu secara ekstrim atau berlebihan.

Spiritualitas keugaharian juga menekankan perlunya sikap kritis. Kritis terhadap pemerintahan yang menyelenggarakan kekuasaan dengan eksesif, dan mempertahankan status quo baik politik maupun ekonomi. Lahirnya agama, menurut Ulil dimulai dengan kritik.

Sebab itu kepada gereja-gereja dan umat Kristen di Indonesia diserukan perlunya menghidupi spiritualitas keugaharian di tengah kemiskinan dan penderitaan umat serta masyarakat Indonesia. Gereja dan pemimpin-pemimpin gereja mestinya berbela rasa dan tidak menjadi nyaman di tengah kemiskinan masyarakat.

Selain itu, gedung gereja yang megah dan mewah, dalam konteks kemiskinan umat dan masyarakat, menunjukkan belum diwujudkannya spiritualitas keugaharian di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Gereja perlu mendayagunakan seluruh kapasitas yang dimiliki untuk menjadi tanda rahmat bagi masyarakat, bangsa dan alam Indonesia.