Translate

Pengertian Iman Dalam Perjanjian Lama

Pengertian imanBerbicara tentang iman merupakan hal yang penting dalam teologi dan dogmatika Kristen. Dikatakan demikian, karena iman itu berhubungan kehidupan spiritual di masa kini dan di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka nabi Habakuk menegaskan demikian: “Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” – Habakuk 2:4. Di sini nabi Habakuk mempertentangkan antara orang yang sombong dengan orang yang benar atau yang sudah dibenarkan. 

Perilaku atau karakter orang yang tidak beriman itu ditandai dengan ia merasa diri sombong, tinggi hati dan karenanya tidak lurus hatinya. Tetapi bagi orang benar atau yang dibenarkan oleh Allah, maka karakter hidupnya menjadi pribadi yang rendah hati, mengandalkan Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada pemeliharaan Allah. dan karena orang benar atau yang dibenarkan oleh itu mengandalkan Tuhan, maka ia pasti hidup. Arti kata “hidup” yang digunakan oleh nabi Habakuk menunjuk kepada hidup sekarang dalam pemeliharaan Allah karena percaya kepada-Nya dan juga hidup di masa depan, yaitu hidup kekal bersama Allah dalam Kerjaan-Nya.  


Iman menempati posisi penting dalam Soteriologi atau teologi keselamatan, sehingga harus dibicarakan secara khusus. Kita harus membicarakan iman secara terpisah bukan saja karena iman merupakan bagian dari pertobatan, tetapi juga karena secara instrumental berkaitan dengan pembenaran. Diskusi mengenai iman membentuk satu transisi natural menuju doktrin dibenarkan karena iman.

Perjanjian Lama tidak memakai kata benda untuk iman, selain emunah dalam Habakuk 2:4. Kata ini pada dasarnya berarti “kesetiaan” – Ulangan 32:4; Mzm.36:5; 37:3; 40:11, tetapi pernyataan dalam Habakuk yang kemudian dipakai dalam Perjanjian Baru – Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38, memperlihatkan bahwa nabi Habakuk memakai istilah itu untuk menunjuk tentang iman. Kata yang sering dipakai dalam Perjanjian Lama untuk “percaya” adalah he’emin, bentuk hiphil dari “aman”.

Dalam kata qal, kata itu berarti “merawat” atau “memberi makanan”; dalam bentuk niphal artinya “menjadi teguh” atau “mapan”, “setia” dan dalam bentuk hiphil berarti “dianggap mapan”, “dianggap benar” atau “percaya”.

Kata itu sering dipakai dalam bentuk yang bersamaan dengan kata depan beth dan lamedh. Jika dipakai bersama beth, maka arti yang ditunjukkan adalah suatu rasa percaya diri untuk bersandar pada seseorang atau sesuatu atau kesaksian; sedangkan kalau dipakai bersama kata depan lamedh, kata itu memberikan arti suatu tekanan yang diberikan kepada sebuah kesaksian yang diterima sebagai sesuatu yang benar.

Kata yang kedua yang penting adalah batach yang dipakai bersama dengan kata depan beth dan berarti “percaya kepada” atau “bersandar pada”. Kata itu tidak menekankan elemen pengertian intelektual, tetapi lebih bersifat rasa percaya. Berbeda dengan he’emin yang pada umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi pisteuo dalam Septuaginta, kata ini biasanya diterjemahkan menjadi elpizo atau peithomai.


Orang yang beriman kepada Tuhan adalah orang yang menaruh harapannya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang kepada Dia. Masih ada satu kata lagi yaitu chasah yang lebih jarang dipakai, dan kata itu berarti “menyembunyikan diri sendiri” atau “mencari perlindungan”. Dalam hal ini juga elemen kepercayaan menjadi latar depan. 

Baca juga: JENIS AJARAN SESAT DALAM KEKRISTENAN.