Pengertian Iman Dalam Perjanjian Lama
Perilaku atau karakter orang yang tidak beriman itu ditandai dengan ia merasa diri sombong, tinggi hati dan karenanya tidak lurus hatinya. Tetapi bagi orang benar atau yang dibenarkan oleh Allah, maka karakter hidupnya menjadi pribadi yang rendah hati, mengandalkan Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada pemeliharaan Allah. dan karena orang benar atau yang dibenarkan oleh itu mengandalkan Tuhan, maka ia pasti hidup. Arti kata “hidup” yang digunakan oleh nabi Habakuk menunjuk kepada hidup sekarang dalam pemeliharaan Allah karena percaya kepada-Nya dan juga hidup di masa depan, yaitu hidup kekal bersama Allah dalam Kerjaan-Nya.
Iman menempati posisi
penting dalam Soteriologi atau teologi keselamatan, sehingga harus dibicarakan
secara khusus. Kita harus membicarakan iman secara terpisah bukan saja karena iman
merupakan bagian dari pertobatan, tetapi juga karena secara instrumental
berkaitan dengan pembenaran. Diskusi mengenai iman membentuk satu transisi
natural menuju doktrin dibenarkan karena iman.
Perjanjian Lama tidak
memakai kata benda untuk iman, selain emunah
dalam Habakuk 2:4. Kata ini pada dasarnya berarti “kesetiaan” – Ulangan 32:4;
Mzm.36:5; 37:3; 40:11, tetapi pernyataan dalam Habakuk yang kemudian dipakai
dalam Perjanjian Baru – Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38, memperlihatkan
bahwa nabi Habakuk memakai istilah itu untuk menunjuk tentang iman. Kata yang
sering dipakai dalam Perjanjian Lama untuk “percaya” adalah he’emin, bentuk
hiphil dari “aman”.
Dalam kata qal, kata itu
berarti “merawat” atau “memberi makanan”; dalam bentuk niphal artinya “menjadi
teguh” atau “mapan”, “setia” dan dalam bentuk hiphil berarti “dianggap mapan”, “dianggap
benar” atau “percaya”.
Kata itu sering dipakai
dalam bentuk yang bersamaan dengan kata depan beth dan lamedh. Jika dipakai
bersama beth, maka arti yang ditunjukkan adalah suatu rasa percaya diri untuk
bersandar pada seseorang atau sesuatu atau kesaksian; sedangkan kalau dipakai
bersama kata depan lamedh, kata itu memberikan arti suatu tekanan yang
diberikan kepada sebuah kesaksian yang diterima sebagai sesuatu yang benar.
Kata yang kedua yang penting
adalah batach yang dipakai bersama dengan kata depan beth dan berarti “percaya
kepada” atau “bersandar pada”. Kata itu tidak menekankan elemen pengertian
intelektual, tetapi lebih bersifat rasa percaya. Berbeda dengan he’emin yang
pada umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi pisteuo dalam
Septuaginta, kata ini biasanya diterjemahkan menjadi elpizo atau peithomai.
Orang yang beriman kepada
Tuhan adalah orang yang menaruh harapannya untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang kepada Dia. Masih ada satu kata lagi yaitu chasah yang lebih jarang
dipakai, dan kata itu berarti “menyembunyikan diri sendiri” atau “mencari
perlindungan”. Dalam hal ini juga elemen kepercayaan menjadi latar depan.
Baca juga: JENIS AJARAN SESAT DALAM KEKRISTENAN.
Baca juga: JENIS AJARAN SESAT DALAM KEKRISTENAN.