Translate

Pengertian Iman Dalam Perspektif Perjanjian Baru

Pengertian iman - Berbicara tentang iman merupakan hal yang penting dalam teologi dan dogmatika Kristen. Dikatakan demikian, karena iman itu berhubungan kehidupan spiritual di masa kini dan di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka nabi Habakuk menegaskan demikian:“Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” – Habakuk 2:4

Di sini nabi Habakuk mempertentangkan antara orang yang sombong dengan orang yang benar atau yang sudah dibenarkan. Perilaku atau karakter orang yang tidak beriman itu ditandai dengan ia merasa diri sombong, tinggi hati dan karenanya tidak lurus hatinya. Tetapi bagi orang benar atau yang dibenarkan oleh Allah, maka karakter hidupnya menjadi pribadi yang rendah hati, mengandalkan Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada pemeliharaan Allah. dan karena orang benar atau yang dibenarkan oleh itu mengandalkan Tuhan, maka ia pasti hidup. Arti kata “hidup” yang digunakan oleh nabi Habakuk menunjuk kepada hidup sekarang dalam pemeliharaan Allah karena percaya kepada-Nya dan juga hidup di masa depan, yaitu hidup kekal bersama Allah dalam Kerjaan-Nya. 

Baca juga:  PENGERTIAN IMAN DALAM PERJANJIAN LAMA.


Iman menempati posisi penting dalam Soteriologi atau teologi keselamatan, sehingga harus dibicarakan secara khusus. Kita harus membicarakan iman secara terpisah bukan saja karena iman merupakan bagian dari pertobatan, tetapi juga karena secara instrumental berkaitan dengan pembenaran. Diskusi mengenai iman membentuk satu transisi natural menuju doktrin dibenarkan karena iman.

Ada dua kata yang dipakai berkenaan dengan kata iman dalam seluruh Perjanjian Baru, yaitu: pistis dan bentuk kata kerja pisteuien. Keduanya tidak selalu mempunyai konotasi yang sama.

1. Arti yang berbeda dari kata “pistis”.
Kata “pistis” mempunyai dua arti dalam bahasa Yunani Klasik. Pertama, suatu kepastian berdasarkan kepercayaan dalam diri seseorang dan pengakuannya, yang berbeda dengan pengetahuan yang bersandar pada penelitian pribadi. Kedua, rasa percaya diri itu sendiri di mana kepercayaan seseorang bersandar. Kepercayaan ini lebih dari sekedar pengetahuan intelektual bahwa seseorang patut disadari; kepercayaan ini memberikan presuposisi adanya hubungan pribadi antara orang itu dengan obyek yang dipercayainya, sesuatu yang keluar dari diri sendiri untuk mau bersandar pada yang lain.

Pada umumnya orang Yunani tidak memakai kata itu, dalam pengertian untuk menyatakan kepercayaan mereka kepada dewa mereka, sebab mereka menganggap kepercayaan dewa-dewa merupakan musuh manusia dan karena itu merupakan obyek rasa takut dan bukannya obyek rasa percaya.

Dalam Septuaginta.
Transisi dari penggunaan kata pistis dalam bahasa Yunani klasik menjadi bahasa yang dipakai  dalam Perjanjian Baru di mana kata “percaya” atau “mempercayai” sangat penting, maka kita jumpai bahwa dalam Septuaginta kata kerja pisteuein lebih banyak dipakai dari kata bendanya yang memang hanya satu kali saja dipakai seperti pengertian Perjanjian Baru itu.

Kata kerja “pisteuien” sering dipakai untuk menerjemahkan kata bahasa Ibrani “he’emin” dan dengan demikian menyatakan arti iman, baik iman kepada firman Tuhan maupun rasa percaya yang sungguh kepada-Nya.

Dalam Perjanjian Baru.
Ada beberapa contoh di mana kata itu mempunyai arti pasif, yaitu “ketaatan” atau “kesetiaan”, yang merupakan maknanya yang biasa dalam Perjanjian Lama – Roma 3:3; Galatia 5:22; Titus 2:10. Kata ini biasanya dipakai dalam pengertian aktif. Arti-arti berikut ini harus diperhatian: pertama, suatu kepercayaan intelektual, yang disandarkan atas pengakuan dari pihak yang lain, jadi disandarkan atas kebenaran dari orang itu sehingga bukan bersandar pada penelitian diri sendiri – Filipi 1:27; 2 Korintus 4:13; 2 Tesalonika 2:13; dan terutama dalam tulisan Yohanes; kedua, suatu rasa percaya kepada Tuhan, atau lebih khususnya kepercayaan kepada Kristus dengan satu pandangan kepada penebusan dari dosa dan berkat-berkat pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa pengertian iman dalam Perjanjian Baru ialah: pertama, suatu rasa percaya menyeluruh kepada Tuhan dan Kristus; kedua,penerimaan atas kesaksian mereka berdasarkan rasa percaya itu; ketiga,  bersandar pada Kristus dan beriman kepada-Nya untuk keselamatan jiwa mereka. Iman yang terakhir inilah yang disebut sebagai iman yang menyelamatkan. 

Baca juga:  PENGERTIAN DAN DEFINISI AJARAN SESAT.

Bersambung...!