Pernikahan Sejenis Dalam Perspektif Teologi
Dalam perspektif teologi
umat Kristen, perkawinan bertujuan untuk mendapatkan keturunan. Jika ditinjau
dari konsep tersebut, Kepala Biro Humas Persekutuan Gereja-gereja Indonesia
(PGI) Jeirry Sumampow menyebut ada persoalan di balik pernikahan sejenis.
Jeirry
mengatakan perkawinan dalam Kristen sejatinya dalam rangka melestarikan
kehidupan lewat kelahiran anak. Maka, ada persoalan jika dilihat dalam konteks
perkawinan menurut agama Kristen. "Jadi, dari perspektif teologi memang
ada persoalan karena kita melihat dalam konteks perkawinan bertujuan dapat
keturunan yang dilakukan oleh dua orang," kata Jeirry kepada ROL, Senin
(29/6) malam. Namun,
ia menyebut hal ini masih jadi pertimbangan sikap yang akan ditentukan PGI.
Hingga kini PGI masih belum bisa menyatakan sikap membenarkan atau melarang
karena masih menjadi kontroversi di kalangan gereja.
Baca juga: MAKNA DAN ARTI BAPTISAN.
Kata
dia, ada gereja yang melarang keras pernikahan sejenis karena dianggap
bertentangan dengan konsep teologi. Namun tak sedikit juga yang membolehkan
dengan alasan hak asasi setiap manusia yang bebas memilih pasangannya.
Pernikahan
sejenis memang menjadi pembahasan di dunia sejak lama. Beberapa negara sudah
memberikan legalitas pernikahan bahi kaum LGBT. Negara teranyar yang memberikan
izin adalah Amerika Serikat yang disambut bahagia seluruh pendukung LGBT di
dunia. Namun tak sedikit juga negara yang masih menolak karena dianggap
menyalahi aturan agama, salah satunya Indonesia.
Perspektif
psikolgis terhadap pernikahan sejenis.
Psikolog Klinis dari
Universitas Gadjah Mada (UGM), Noor Rachman Hadjam, mengungkapkan kaum lesbian,
gay, biseksual dan transgender (LGBT) bukan mengalami gangguan
seksual. Kecederungan mereka untuk menyukai sesama jenis disebabkan
ketidaknormalan salah satu bagian otak.
“Berdasarkan kajian ilmu
psikologi dan psikiatri, kondisi LGBT bukan tergolong penyimpangan seksual.
Mereka cenderung menyukai sesama jenis karena ada suatu ketidaknormalan organ
tubuh,” ujar Noor saat dihubungi ROL, Senin (29/6).
Ketidaknormalan itu, katanya, berada di bagian otak. Kondisi tersebut menyebabkan mereka tidak bisa mengidentifikasi ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Akibatnya, mereka tertarik terhadap sesama jenis. Kondisi ini berbeda dengan yang dialami manusia normal.
Baca juga: ARTI DAN MAKNA PERJAMUAN KUDUS.
Ketidaknormalan itu, katanya, berada di bagian otak. Kondisi tersebut menyebabkan mereka tidak bisa mengidentifikasi ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Akibatnya, mereka tertarik terhadap sesama jenis. Kondisi ini berbeda dengan yang dialami manusia normal.
Baca juga: ARTI DAN MAKNA PERJAMUAN KUDUS.
“Manusia yang normal bisa tertarik dengan lawan jenis, sementara kaum LGBT cenderung suka dengan sesama jenis,” tambahnya. Sebelumnya, MUI menyarankan agar pemerintah memberikan pengawasan terhadap LGBT di Indonesia. Pengawasan terutama menyasar kepada komunitas-komunitas LGBT.
Ketua MUI, KH Cholil Ridwan, mengatakan pemerintah perlu waspada terhadap kemungkinan adanya kaum LGBT yang ingin menikah menyusul adanya pengesahan nikah sesama jenis di Amerika Serikat. “Yang perlu diwaspadai saat pengawasan adalah soal menikah itu sendiri. Jangan sampai mereka diberi hak untuk menikah,” kata Cholil, Sabtu (27/6).
Keluarga
garda terdepan pencegahan LGBT.
Ketua Umum
Ikatan Da'i Indonesia Ahmad Satori Ismail mengatakan, pencegahan lesbian, gay,
biseksual dan transgender (LGBT) harus dimulai dari keluarga. Orang tua
mestinya mendidik dan memperlakukan anak-anaknya sesuai dengan jenis kelaminnya.
“Jadi kalau anaknya perempuan ya perlakukan sebagai perempuan, diberi bajunya ya baju perempuan, mainannya mainan perempuan. Anak tersebut juga harusnya bisa dekat dengan kedua orang tuanya agar ketika ada apa-apa mereka mencari orang tuanya untuk bercerita” kata dia kepada Republika, Senin (29/6).
Baca juga: MEMAHAMI TEOLOGI KEMAHATAHUAN ALLAH.
“Jadi kalau anaknya perempuan ya perlakukan sebagai perempuan, diberi bajunya ya baju perempuan, mainannya mainan perempuan. Anak tersebut juga harusnya bisa dekat dengan kedua orang tuanya agar ketika ada apa-apa mereka mencari orang tuanya untuk bercerita” kata dia kepada Republika, Senin (29/6).
Baca juga: MEMAHAMI TEOLOGI KEMAHATAHUAN ALLAH.
Satori melanjutkan, tahap selanjutnya, kedua orang tua harus memberikan pelajaran agama terhadap anak-anaknya yang ditanamkan sejak dini. Sehingga, anak-anak mengetahui apa saja tugas yang harus dijalankannya.
“Minimal kasih tahu bahwa Tuhan menciptakan manusia itu dua jenis, laki-laki dan perempuan. Jelaskan juga kepada mereka laki-laki apa saja tugasnya, perempuan apa saja tugasnya” tambah dia.
Sebelumnya, Mahkamah Agung (MA) AS mengesahkan hukum pernikahan sesama jenis bagi warganya. Pernikahan sesama jenis, dalam putusan tersebut, telah dijamin oleh konstitusi AS.
Putusan itu disambut baik oleh beberapa kalangan, termasuk Presiden AS Barack Obama. Obama mengatakan putusan tersebut adalah kemenangan untuk warga AS. Namun kelompok Kristen konservatif masih menentang keputusan MA tersebut.
Jadi,
keluarga harus menjadi benteng moral, wadah sosial dan tempat pembentukan iman
spiritulitas bagi anak-anak, sehingga mereka tidak terjerumus dalam hal-hal
yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Pendidikan seks dalam keluarga
sudah waktunya untuk diterapkan, buanglah mitos yang menabukan untuk
membicarakan soal seks dalam keluarga. Orangtua harus perdalam pemahaman dan
pengertiannya tentang berbagai bentuk penyimpangan seks, lalu pemahaman dan
pengertiannya soal kesehatan juga harus ditingkatkan supaya dapat mengenali dan
mendeteksi secara dini tentang adanya kelainan hormonal pada anak, sehingga
dapat diobati sedini mungkin.
Baca juga: JENIS AJARAN SESAT DALAM KEKRISTENAN.
Gereja jembatan kepada pemahaman dan pengertian akan firman
Allah.
Gereja memiliki
tanggung jawab penuh untuk menyajikan kebenaran firman Tuhan secara dinamis,
berimbang dan membumi bagi jemaat. Gereja harus memberikan pengajaran yang
komprehensif tentang seks kepada jemaat yang dilayani. Pendidikan seks harus
mulai disuarakan dari mimbar-mimbar gereja, dari kelas-kelas pemahaman Alkitab,
dari kelas-kelas Sekolah Minggu. Sasarannya ialah supaya jemaat memiliki
pemahaman dan pengertian utuh tentang ajaran Tuhan dalam firman-Nya tentang
seks.
Baca juga: ALKITAB YANG SALAH