Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ini Ciri Orang Yang Baperan

Ini ciri orang yang baperan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema ini ciri orang yang baperan, diambil dari 1 Raja-Raja 19:1-18. Salah satu tantangan hidup baru adalah godaan virus "baper". Baper merupakan singkatan dari "bawa perasaan", yakni sebuah penggambaran untuk orang yang sensitif, suka menarik segala hal kepada perasaan suka atau tidak suka. Ketika orang memberi masukan, dianggap tidak suka padanya. Atau ketika orang memberi perhatian, dianggap mencintainya. Perasaan jadi naik turun seturut dengan responnya orang terhadapnya. Apakah ini salah? Tentu tidak.. sebab perasaan juga anugerah Tuhan yang indah. Baper hanya perlu pengelolaan dan bukan penyangkalan. Oh iya, orang Kristen dalam pelayanan bisa baperan juga lho (sekali lagi itu wajar dalam batas tertentu dan perlu di sadari serta dikelola dengan baik). Bagaimana ciri orang Kristen yang baperan itu? Orang kristen yang cepat-cepat menarik segala sesuatu pada like and dislike. Karena itu kita harus belajar memisahkan apa yang bersifat personal dengan apa yang berkait dengan karya (pelayanan) yang profesional, secara proporsional. Ketika kita melayani, hendaknya tulus dan jangan (sekedar) untuk mencari-cari perhatian buat pemuasan ego dirinya sendiri. Sebab kalau kita tidak bisa memisahkan perasaan dan pelayanan, maka kita akan suka meributkan hal-hal yang kecil, sembari berpikir seolah-olah dirinyalah orang yang paling penting dan paling hebat.
Sekali lagi, semua orang bisa terkena sindrom baper ini bahkan juga seorang nabi. Contohnya nabi Elia. Kehebatannya dipakai Allah untuk mengalahkan para nabi Baal memang berlangsung dramatis. Ia menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Ia hebat bisa mendatangkan api dari langit. Namun tiba-tiba ia bisa menjadi begitu ketakutan saat Izebel bersumpah akan mencabut nyawanya. Elia yang dilanda ketakutan yang amat sangat itu berubah menjadi baper dalam sungut-sungutnya kepada Tuhan. Ia berkelu kesah dengan berkata : “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku”. Ia ngambek kepada Tuhan, ia hanya mau makan, minum dan tidur. Tuhan menegur Elia sampai dua kali : “Apakah kerjamu disini Elia?”. Elia pun keukeh berkata : “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku”. Hehehehe, tentu kita bisa memahami apa yang saat itu dialami oleh Elia. Kitapun pasti juga akan memiliki perasaan yang seperti itu. Merasa sangat kecewa karena segala hal telah kita korbankan buat Tuhan, tetapi sekarang yang kita alami justru ancaman dan tekanan yang luar biasa. Disinilah kita bisa memahami perasaan Elia, sebab hal itu sering juga kita alami, yakni terlalu fokus pada diri sendiri seolah pelayanan ini tentang saya..dan saya...dan saya.. Saudara, kita perlu menyadari bahwa apapun yang kita kerjakan dan lakukan adalah tentang Tuhan dan sejarahnya Tuhan. Ini bukan tentang saya dan sejarah saya. Ini bukan tentang saudara dan sejarah saudara.. ini bukan tentang Elia dan sejarah Elia. Sekali lagi ini semua tentang Tuhan dan sejarah kudus nya Tuhan. Tuhan bisa mengangkat siapa saja dan Tuhan bisa menggantikan siapa saja. Ini yang harus saya dan saudara pahami dan terima. Jika Tuhan telah mengangkat kita maka tidak ada satu orang pun bisa merendahkan kita. Jika Tuhan telah membuka pintu maka tidak seorangpun bisa menutupnya. demikian sebaliknya. Elia yang hebat.. bisa “dihentikan” oleh Tuhan dan digantikan begitu saja, saat Elia merasaa (baper) bahwa dirinyalah satu satunya yang masih setia dan berjasa. Tuhan kemudian memerintahkan Elia untuk balik kejalannya ke Damsyik untuk mengurapi Elisa, menjadi ganti dirinya. Yup, nabi Elia digantikan oleh Elisa. Apakah Tuhan menolak Elia dan membencinya. oh tidak (kita pembaca juga jangan baperan). Sekali lagi ini adalah soal kewenangan dan soal sejarah Tuhan. Ini bukan soal Tuhan suka atau tidak suka pada Elia. Saudara, dari kisah Elia, kita bisa belajar untuk senantiasa menyelaraskan hati dan pikiran kita pada hati dan pikiran Tuhan bukan pada respon orang yang sarat dengan kepentingan. Jangan pula baperan untuk menganggap bahwa diri sendiri saja yang hebat tak tergantikan padahal Tuhan bisa dengan sangat mudah berkata “cukup” dan menggantikan dengan siapa saja yang dikehendaki-Nya, in God’s will, God’s time and Gods way. Maka, jadi orang yang sadar akan sejarah Tuhan, semua ini adalah tentang Tuhan dan kita hanya bagian kecil dari sejarahnya Tuhan. Janganlah sok merasa istimewa tak tergantikan apalagi baperan. Sehebat apapun dirimu, sebesar apapun jasamu, jangan pernah sombong bin songong! Jangan pongah bin marah jika ada orang memberi masukkan dan kritikan. Jadilah pribadi yang tetap rendah hati. Jadilah orang yang sadar diri bahwa semua ini terjadi hanya oleh kasih karunia dan untuk kasih karunia. Dan tanpa DIA kita tidak dapat berbuat apa-apa karena kita hanyalah alat bagi kemuliaanNYA.

Post a Comment for "Ini Ciri Orang Yang Baperan"

Translate