Translate

Kebenaran Yesus Kristus Dan Teori Ilmiah

Kebenaran Yesus Kristus dan teori ilmiah ~ Yesus menyatakan : Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. (Yoh 14:14a). Pernyataan tersebut adalah pernyataan Yesus, pernyataan Allah dan bukan konsep manusia. Manusia hanya bisa percaya atau tidak percaya.

Sia-sia manusia mencari kebenaran dalam filsafat, ilmu pengetahuan atau spekulasi-spekulasi manusia lainnya. Yesus adalah alpha dan omega. Yesus adalah kebenaran dan kebenaran adalah Yesus.

Sikap Kristen Terhadap Filsafat
Apa yang diperingatkan Tertulianus pada abad pertama bahwa bagi orang Kristen mempelajari filsafat Yunani tidak ada gunanya bahkan berbahaya ada benarnya. Kita lihat dari uraian diatas bahwa bila seorang teolog terkesan pada filsafat Plato, maka dalam uraian-uraian teologisnya mau tidak mau ia masukan filsafat Plato (Augustinus).

Bila ia terkesan pada filsafat Aristoteles, ia masukan filsafat dan metode berpikir Aristoteles dalam teologinya (Thomas Aquinas). Dizaman modern, bila ia terkesan akan rasionalisme ia masukan filsafat rasionalisme. Demikian dalam teologi modern kita lihat pengaruh existensialisme, fenomenologisme dll. Kini orang sedang kembangkan filsafat post modern.

Sudah ada teologi yang terpengaruh post modernisme. Semua itu sudah tidak murni ajaran Allah lagi, tetapi ajaran Allah dicampur ajaran manusia. Augustinus dan Calvin biarpun tidak dapat menghindarkan diri dari kepercayaan mereka diluar Alkitab, sangat menghormat Alkitab sebagai Firman Allah. Jadi dari pelbagai teologi yang ada, teologi Augustinus dan Calvin relatip murni.

Tentu saja orang tidak dapat menutup mata akan dunia sekelilingnya termasuk orang Kristen. Tetapi hendaklah pemikir-pemikir Kristen menyadari akan sejarah pemikiran Kristen seperti telah saya uraikan diatas sepintas lalu. Orang Kristen, baik filsuf, ilmuwan, teolog, penatua, aktivis gereja maupun jemaat "biasa", hendaknya menaruh Firman Allah yaitu Alkitab jauh diatas segala teori-teori buatan manusia. Belajarlah dari sejarah. Jangan mengutuk, tetapi jangan pula kompromikan Firman Allah dengan teori manusia yang manapun.


Dalam artikel "Teori Geosentris versus teori Heliosentris" kita lihat bahwa kutukan gereja pada teori Geosentris membuat generasi teolog berikutnya jadi salah tingkah. Kemudian mereka kompromi dengan teori Heliosentris. Padahal teori Heliosentris dalam pandangan astronomi abad ke-20/21 sama benarnya atau sama salahnya dengan teori Geosentris.

Tetapi generasi teolog yang kompromikan Alkitab dengan teori Heliosentris tersebut mengutuk teori evolusi mulai dari Buffon apalagi Darwin (1849). Kemudian generasi teolog berikutnya lagi jadi salah tingkah dan kompromi lagi. Saya telah tunjukkan bahwa teori evolusipun belum tentu benar bahkan tidak pernah dapat dibuktikan benar. Teori ilmiah yang manapun tidak pernah dapat dibuktikan benar.

Setelah saya mempelajari teologi, walaupun saya tidak pernah dapat gelar apa-apa sampai sekarang, saya juga tarik kesimpulan bahwa hal yang sama berlaku untuk teologi buatan manusia. Teologi seseorang sesungguhnya adalah tafsiran orang itu akan Alkitab.

Teologi atau tafsiran Alkitab manusia manapun tidak pernah dapat dibuktikan benar. Teologi manusia manapun dibiaskan oleh asumsi-asumsi mulanya, oleh prasangka-prasangkanya, intuisi, perasaan dan pengalaman-pengalamannya, oleh teori-teori, filsafat-filsafat yang dibacanya. Yang mutlak benar hanyalah Allah. Kebenaran Allah adalah mutlak dan tak terbatas.

Tetapi begitu Allah mau wahyukan sesuatu kepada manusia, maka haruslah dipakai pengertian-pengertian dan bahasa manusia yang serba terbatas. Alkitab adalah Firman Allah, tetapi ditulis, diteruskan, dikutip, diterjemahkan, dicetak dan dibaca oleh manusia yang serba terbatas.

Manusia yang terbatas berusaha mengerti Allah yang tak terbatas. Allah tidak dapat salah, tetapi manusia dapat salah. Itulah sebabnya tafsiran orang Katolik sedikit lain dengan orang Protestan dan sedikit lain dengan orang Kharismatik. Tetapi walaupun tafsiran manusia akan Firman Allah dapat salah, kita tetap harus berusaha untuk mendapat pengertian yang sebaik-baiknya.

Kita tetap harus berusaha untuk mendapat tafsiran Alkitab yang sebaik-baiknya. Yang terbaik adalah jangan tafsirkan Alkitab. Terima Alkitab seperti adanya. Saya setuju usaha manusia untuk mendapat Alkitab yang seasli mungkin. Usaha ini disebut juga "Kritik Bawah" atau "Lower Criticism" atau "Text Criticism".

Asal kita ingat bahwa "Lower Criticism"-pun kalau itu adalah studi ilmiah maka kesimpulannya tidak pernah dapat dibuktikan benar, maksimal dapat dikatakan belum terbukti salah. Walaupun saya mempelajari juga "Higher Critisism" ("Source Criticism" dll) saya menolak semua kesimpulan yang melemahkan iman. Terimalah Alkitab seadanya.

Pakailah rasio, perasaan, dan pengalaman Anda untuk lebih mengerti Firman Allah dengan lebih baik, tetapi jangan kritik Allah dan Firman Allah seperti dilakukan kaum liberal dan beberapa orang anti-Kristen.

Seorang pemikir Kristen (filsuf, ilmuwan teolog) tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh para filsuf lain dari zaman Yunani sampai sekarang. Tetapi terutama bagi seorang teolog hendaknyalah ia taruh Alkitab jauh diatas filsafat-filsafat, teori-teori serta spekulasi-spekulasi manusia.

Jangan terbalik. Para teolog liberal menaruh pengetahuan manusia yang tidak seberapa itu diatas Alkitab. Para teolog Injili biarpun banyak diantara mereka yang mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan, tetap menaruh Firman Allah diatas filsafat-filsafat dan teori-teori ilmiah buatan manusia.