Translate

Merindukan Allah Dalam Totalitas Hidup Kita 1


Merindukan Allah dalam totalitas hidup kita ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Mazmur 41:1. Saya kutip ayat tersebut sebagai berikut: “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah”.

Pernahkah Anda merasa begitu sibuknya sampai-sampai tidak tahu lagi apa yang harus Anda lakukan? Seringkali, jika kita tidak berhati-hati, maka jadwal kegiatan harian kita bisa menjadi tidak terkontrol, benar bukan? Sepanjang hari, kita dituntut secara terus menerus oleh berbagai pesan dari iklan di media massa maupun online untuk melakukan lebih dari yang sudah kita lakukan dan menjadi sesuatu untuk lebih banyak orang dengan beragam cara yang tentu saja terasa sangat melelahkan kita.

Hal di atas tentu membuat kita merasa bahwa kita sedang membawa beban berlebih dan mengalihkan perhatian kita. Berapa banyak waktu yang Anda curahkan di sosial media hari ini? Berapa lama waktu yang Anda habiskan di depan komputer atau HP anda? Hari-hari ini, adalah sesuatu yang umum terjadi jika perhatian kita teralihkan; dan hal ini mencuri waktu kita untuk memiliki hubungan yang lebih intim dengan Tuhan.

Seorang hamba Tuhan senior, Lisa Bevere pernah berdoa meminta kepada Tuhan agar ia merasa lapar dan haus akan Dia secara lebih lagi. Tuhan menjawab doanya yang kemudian menjadi titik balik kehidupannya.

Waktu itu, ia adalah seorang ibu dari 4 anak laki-laki yang merasa sangat lelah dengan hidupnya dan berjuang agar bisa melalui hari-hari hidupnya. Suaminya, John Bevere, menghabiskan sebagian besar waktunya melakukan perjalanan dari kota ke kota untuk berkothbah.


Lisa merasa sudah sangat kewalahan dan dia tahu bahwa ia membutuhkan pertolongan agar dapat melewati masa-masa berat dalam hidupnya tersebut. Ia merasa bahwa ia perlu lebih banyak kehadiran Tuhan dalam hidupnya, itulah sebabnya Lisa menaikkan doa di atas, yaitu ia ingin agar bisa merasa lebih lapar dan haus akan Tuhan. Suatu hari, suara Roh Kudus memberi pengertian kepada Lisa, “Jika kamu tidak merasa lapar dan haus akan Aku, itu karena hidupmu telah dikenyangkan oleh banyak hal.”

Agar kita merasa lapar dan haus akan Tuhan, kita harus berpuasa. Karena pada saat itu Lisa sedang menyusui anaknya, ia tidak dapat berpuasa dalam arti tidak makan; tetapi yang ia lakukan adalah berpuasa terhadap hal lain yang telah mengeyangkan dia yaitu dengan cara mengesampingkan semua hal yang mengalihkan perhatiannya terhadap Tuhan.

Hal-hal itu meliputi apa saja yang ia lakukan ketika ia merasa kesepian, bosan, terluka atau marah. Lisa merasa bahwajika ia benar-benar ingin merasa lapar dan haus akan Tuhan, maka ia harus dapat melepaskan semua hal tersebut dan menyediakan ruang dan waktu untuk Tuhan.

Ia tidak menonton TV, tidak membaca novels, majalah dan buku-buku lain. Ia tidak menjawab panggilan telepon masuk. Rasa tidak nyaman yang ia rasakan sebagai seorang ibu muda yang seringkali ditinggal pergi suaminya dia lepaskan dan mulai mencari hadirat Tuhan.

Tentu saja hal itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan baik oleh Lisa maupun oleh setiap kita. Namun peristiwa yang terjadi dua puluh tahun lalu itu,telah menjadi titik balik kehidupan Lisa dimana Allah menempatkan hidupnya pada jalur yang berbeda. Itulah waktu dimana ia selalu mengutamakan untuk mencari Tuhan ketika ada hal-hal yang terjadi di luar kendalinya dan bukan mencari solusi cepat untuk membantunya melewati hari itu.

Dari pengalaman Lisa di atas kita dapat belajar banyak hal, tidak peduli siapapun kita. Mungkin saat ini kita adalah seorang pelajar yang sedang mencari sekolah atau universitas, mungkin juga sekarang kita baru saja menikah atau bahkan kita adalah orang tua baru yang sedang belajar untuk menjalani peran tersebut. Sebagian dari kita mungkin bahkan sudah lama menikah dan sedang membesarkan putra putri kita. Ada juga diantara kita yang memiliki anak-anak yang sudah tumbuh dewasa dan memiliki keluarga sendiri.