Membangun Hidup Secara Proporsional
Membangun
hidup secara proporsional ~ Landasan firman Tuhan untuk tema
tersebut diambil dari Injil Markus 13:1-2: “Ketika
Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: “Guru,
lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!”
Lalu Yesus berkata kepadanya: “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak
satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan
diruntuhkan”.
Karya agung dari Maharaja
bernama Salomo bin Daud adalah membangun Bait Suci dengan segala kemegahan.
Tetapi bangunan yang sangat megah tersebut hancur luluh lantak oleh nyala api
dan keganasan pasukan Babel yang menyerbu Yerusalem.
Karya terbesar dari Raja
Herodes yang agung adalah membangun kembali Bait Suci di atas lokasi bangunan
Bait Suci yang pernah dibangun raja Salomo. Bangunan Bait Suci yang dibangun
oleh raja Herodes inilah yang disebut para murid sebagai bangunan yang kokoh
dan megah.
Kemudian Tuhan Yesus
bernubuat bahwa bangunan yang hebat dan kebanggan itu suatu saat akan
diruntuhkan dimana “tiada satupun batu ada di atas batu yang lain.
Nubuatan ini digenapi pada
tahun 70 M ketika Panglima Romawi bernama Titus membumi-hanguskan kota
Yerusalem dalam menghancurkan pemberontakan orang Israel kepada kekaisaran Romawi.
Bangunan yang dikerjakan
dalam kurun waktu yang panjang; yang dibangun dengan biaya sangat besar; yang
disebut kokoh dan megah tersebut luluh lantak, yang tersisa hanyalah apa yang
saat ini disebut tembok ratapan.
Tetapi yang menarik adalah
dimana bangsa Israel pengguna Bait Suci itu; yang juga mengalami berkali-kali
usaha pemusnahan tidak bisa punah. Usaha pemusnahan itu dapat kita lihat
dilakukan oleh Firaun penguasa Mesir di awal perkembang bangsa Israel. Kemudian
oleh kerajaan Asyur; kerajaan Babel pada masa kerajaan Israel. Dan terakhir
oleh Hitler pemimpin Nazi di abad modern.
Namun walaupun demikian
hebat dan sistematis usaha pemusnahan yang dilakukan kepada bangsa Israel
tetapi mereka tidak pernah musnah karena milik dari TUHAN.
Manusia cenderung lebih
terobsesi untuk membangun Gedung yang megah tetapi bersifat fana dari pada
kerohanian yang bersifat baka.
Dalam membangun pribadi
anak; orang tua lebih terobsesi membangun phisik dan intelektual daripada
membangun kerohanian anak mereka. Bagi keluarga Kristen membayar guru privat
matematika atau piano dengan mahal adalah kebanggaan; sedangkan untuk membayar
guru sekolah minggu yang membangun kerohanian anaknya dianggap sebagai ke
anehan.
Dalam berjemaat, umat Tuhan
sangat terobsesi untuk mengambil bagian dalam pembiayaan pembangunan gedung
Gereja. Tetapi untuk membiayai Retrit para hamba TUHAN berat rasanya. Apalagi
jika diminta untuk membantu biaya Misi/Penginjilan secara rutin itu dianggap
membebani.
Dalam kasih karunia TUHAN
tentulah anda; saya dan kita semua lebih terobsesi untuk membangun kerohanian
diri sendiri; kerohanian anak-anak; kerohanian jemaat bahkan kerohanian para
hamba TUHAN. Sebab itulah yang utama dan terutama bagi seorang pemercaya kepada
Yesus Kristus TUHAN.
Marilah kita dalam menjalani
hidup kita di bumi ini mempersiapkan dan membangun bangunan kehidupan secara
proporsional. Marilah kita membangun bangunan yang bertahan lama dan bernilai
kekal. Apa itu? Bangunan kehidupan spiritual kita, bangunan keimanan kita
kepada Tuhan.
Tidak salah kita membangun
rumah di bumi ini. Tidak salah kita membangun rumah Tuhan tempat kita
beribadah, supaya kita bisa menyembah dan memberitakan firman Tuhan secara
leluasa. Namun, jangan sampai semua energi, sumber daya dan perhatian kita
terfokus kepada membangun rumah fisik yang sifatnya temporal, lalu mengabaikan
pembangunan rumah rohani kita yang nilainya lebih tahan lama dan bersifat
kekal.
Sumber:
Pdt. Dr. Moranda Girsang, M.Th.