Translate

Ciri Gereja Yang Bertumbuh

Ciri gereja yang bertumbuh ~ Setiap pemimpin, pendeta dan gembala sidang bahkan semua jemaat menghendaki supaya gereja yang dilayaninya dan dihadiri serta yang di dalamnya ia menjadi anggota bertumbuh. Keinginan tersebut sejalan juga dengan keinginan atau kehendak Tuhan bagi gereja-Nya yaitu supaya gereja bertumbuh secara utuh.

Fenomena gereja yang tidak bertumbuh ada di mana-mana. Agar tidak menjadi gereja yang sekarat, maka gereja perlu mengusahakan pertumbuhan yang sehat di dalam dirinya. Untuk itu, ada lima hal yang perlu diperhatikan oleh gereja agar pertumbuhannya bisa disebut “sehat” (Ortlund, 65-69), yaitu: 

Pertama, gereja harus bertumbuh secara jumlah/ kuantitas dan kedewasaan rohani/ kualitas. Pertumbuhan secara kuantitas dan kualitas seringkali dipertentangkan dengan memberi penekanan pada kualitas, yang dianggap lebih penting dibanding kuantitas. Para penganut pandangan ini berpendapat bahwa jumlah anggota jemaat bukanlah ukuran keberhasilan pelayanan sebuah gereja, sebaliknya, kualitas kerohanian jemaat menjadi nomor wahid dalam target pertumbuhan gereja.

Namun, faktanya, kuantitas anggota jemaat juga sangatlah penting. Dalam analogi sederhana, sebuah produk yang berkualitas tentunya akan dicari oleh lebih banyak orang yang berkualitas dibandingkan produk yang tanpa kualitas. Dengan kata lain, jika memang pelayanan sebuah gereja itu benar-benar berkualitas, maka tentunya akan mendatangkan jumlah jemaat yang lebih banyak. Di dalam Alkitab, hal itu jelas sekali, dimana-mana pelayanan Yesus selalu diikuti oleh orang-orang dalam jumlah banyak (Matius 4:25), begitu juga jemaat mula-mula mengalami pertumbuhan secara kuantitas (Kisah Para Rasul 2:47).


Kedua, gereja harus bertumbuh keluar, yaitu dengan terlibat dalam pengutusan misi dunia. Gereja dipanggil dan diutus untuk “memberitakan Injil kepada segala mahluk” (Markus 16:15) dan “segala bangsa” (Lukas 24:47) “sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8) agar semuanya “dimuridkan” (Matius 28:19). Sejak awal, misi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gereja. Dua gerakan besar di dunia sekarang ini digerakkan oleh semangat misi bagi dunia, yaitu evangelikalisme dan oikoumenisme.

Ketiga, gereja harus melahirkan gereja-gereja baru sebagai upaya untuk “menghasilkan buah”. Dalam prinsip pemuridan juga dikenal konsep “murid menghasilkan murid”, sehingga ada multiplikasi. Multiplikasi gereja memberi peluang untuk menjangkau lebih banyak orang di berbagai tempat serta memberdayakan lebih banyak orang untuk terlibat dalam misi Allah (2Timotius 2:2).

Keempat, gereja harus membantu, memberikan semangat dan teladan bagi gereja-gereja lain. Gereja mengajarkan bagaimana mengasihi orang lain dan bagaimana hidup dalam kebersamaan. Karena itu, gereja pun harus menjadi teladan bagaimana membantu dan memberi semangat atau motivasi bagi gereja-gereja lain. Gereja tidak bisa hidup untuk dirinya sendiri saja, tetapi juga memiliki kepedulian untuk membantu gereja-gereja sekitar, sebagaimana doa Yesus, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:21).

Kelima, gereja harus mengembangkan pengaruh sosialnya di masyarakat dimana gereja itu berada. Firman Tuhan dengan jelas tertulis, “usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29:7). Kehadiran gereja di tengah dunia haruslah senantiasa membawa pengaruh positif bagi dunia, menjadi garam dan terang bagi dunia ini. Tugas ini dapat dimulai dari lingkungan sekitar gereja, bagaimana gereja secara aktif terlibat dalam usaha-usaha mensejahterakan masyarakat sekitar. Sumber: gkridcdotcom.