Translate

Tuhan Sumber Berkat Bagi Keluarga

Tuhan sumber berkat bagi keluarga ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Tawarikh, yaitu 1 Tawarikh 17:27. Demikian penulis kitab Tawarikh menegaskan: “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya” – 1Tawarikh 17:27.

Kutipan firman Tuhan di atas merupakan sebuah doa yang dinaikan oleh seorang suami, seorang ayah dan seorang imam dalam keluarga yaitu Daud. Sebagai iman, Daud menyadari bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber berkat bagi rumah tangga dan seisi rumahnya.

Sepenggal dari doa syukur Daud atas segala kebaikan Tuhan di dalam hidupnya merupakan sebuah pengakuan yang menegaskan bahwa Tuhanlah yang menjadi segala-galanya dalam hidup keluarganya. Semua yang ada dan miliki oleh keluarganya itu berasal dari Tuhan.

Ada kekaguman yang mendalam yang Daud rasakan atas semua perbuatan Tuhan, yang telah mengangkat dia sedemikian rupa. Kalimat-kalimat awal doanya mencerminkan hal tersebut: “Ya TUHAN Allah, aku dan keluargaku tidak layak menerima segala kebaikan yang Kautunjukkan kepadaku selama ini. Engkau malah berbuat lebih dari itu; Engkau telah membuat janji mengenai keturunanku untuk masa yang akan datang. Engkau bahkan memperlakukan aku sebagai seorang pembesar. Apalagi yang dapat kukatakan kepada-Mu, ya TUHAN Allah? Engkau mengetahui segalanya tentang hamba-Mu ini, namun Engkau memberi penghormatan kepadaku. Atas kemauan-Mu sendiri dan untuk kepentinganku Engkau melakukan semua perbuatan besar ini dengan terang-terangan.” (dikutip dari Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari, LAI) 


Yang menarik dari kisah Daud ini adalah bagaimana Daud menetapkan prioritas dalam hidupnya. Pada perikop-perikop awal, khususnya 1Tawarikh 17:1, Daud sedang gelisah dengan kemegahan yang ia miliki. Ia tinggal dalam istana yang besar, sementara “rumah Tuhan” terbengkalai. Karena itu, Daud berniat untuk membangun rumah Tuhan dan menyampaikan niatnya itu kepada nabi Natan. 
Di sini terlihat jelas bahwa hati Daud memang tertuju kepada Tuhan. Ada keinginan yang besar dalam hatinya untuk membangun rumah Tuhan melebihi istana yang ia miliki. Ia merasa tidak pantas tinggal di rumah yang melampaui kemegahan rumah Tuhan.

Dikisahkan selanjutnya bahwa Tuhan menolak rencana Daud untuk membangun rumah Tuhan. Namun, penting untuk kita perhatikan bahwa bukan berarti Tuhan tidak menerima niat Daud itu. Tuhan sangat menghargai niat Daud, tetapi Tuhan menilai Daud tidak layak untuk melakukannya. Maka, yang Tuhan lakukan adalah menyiapkan generasi penerus Daud, yaitu anaknya sendiri, untuk mewujudkan keinginan mulia Daud.

Untuk itulah, Tuhan memberi perhatian khusus pada keluarga Daud, sebab dari tangan keturunan keluarga inilah, rumah Tuhan akan dibangun. Perhatikanlah cara Tuhan bekerja, ketika Daud mencurahkan hatinya untuk pekerjaan Tuhan, maka Tuhan bertindak memulihkan kehidupan Daud beserta keluarganya. Ketulusan hati Daud mengalahkan kepentingan pribadinya. Ia tidak berpikir soal penerus tahtanya, tapi Tuhan sendiri yang menyiapkan keturunannya sebagai pewaris turun-temurun, sehingga Mesias pun disebut “Anak Daud”.

Inilah bentuk penyangkalan diri Daud, yaitu ketika ia fokus berpikir untuk kemuliaan nama Tuhan. Bahkan, ketika Tuhan menjanjikan perkenanan-Nya atas keluarga Daud, Daud pun tetap berserah kepada Tuhan. Ia tidak merasa jemawa dengan janji dan pertolongan Tuhan, tetapi ia semakin rendah hati di hadapan Tuhan, dan menyerahkan keluarganya pada Tuhan.

Refleksikanlah penggalan doa Daud ini, “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya“. Ia mau, keluarganya tetap ada di hadapan Tuhan, artinya tidak berpaling dari Tuhan, dan senantiasa tunduk pada kehendak Tuhan. Dengan demikian, berkat Tuhan akan terus mengalir dalam keluarganya turun-temurun.