Kuat Dalam Kasih Karunia Tuhan
Kuat dalam kasih karunia Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema
tersebut diambil dari surat rasul Paulus kepada anak rohaninya, yaitu Timotius.
Firman Tuhan dimaksud terdapat dalam 2 Timotius 2:1-26.
Kata kasih karunia sudah merupakan
kata yg akrab di telinga kita. Injil Keselamatan yang kita terima juga disebut
Injil Kasih Karunia. Manusia dinyatakan berdosa, tetapi oleh kasih karunia
dibenarkan (Roma 3:21-25). Artinya, Allah dalam kasih karunia-Nya memperlakukan
manusia itu, walaupun bersalah, seakan-akan tidak bersalah. Kasih karunia
adalah pemberian Allah kepada manusia pada hal manusia tidak pantas untuk
menerimanya.
Melalui suratnya kepada Timotius, rasul Paulus
menuliskan: jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus (2 Timotius
2:1). Tentu setelah membaca ayat tersebut, reaksi pertama kita adalah ingin
mengetahui apa arti kuat dalam kasih karunia dan bagaimanakah itu dapat
dikenali dalam kehidupan sehari-hari.
Paulus adalah seorang rasul yang sangat piawai
mengutarakan maksud nya dengan menggunakan berbagai kiasan. Segera setelah ia
mendorong agar Timotius kuat oleh kasih karunia, ia segera meluncurkan
butir-butir penting untuk menjelaskan bagaimana orang-orang percaya agar bisa
disebut kuat dalam kasih karunia.
1. Bagaikan
Seorang Guru (ayat 2):
Amanat Agung Yesus Kristus kepada para murid (Mat
28:18-20) adalah sesuatu yang teramat besar dan luas, karena mencakup seluruh
dunia. Hal itu hanya akan terlaksana bila seorang guru bisa mencetak guru-guru,
yang kemudian bisa memperlengkapi para petobat baru secara berkelanjutan.
Proses pemuridan yang demikian sudah dapat kita temukan bahkan pada gereja
mula-mula di Yerusalem. Inilah yang menghasilkan pelipat-gandaan.
2. Bagaikan
Seorang Prajurit (ayat 3,4):
Salah satu ciri yang menonjol dari seorang prajurit
adalah loyalitasnya terhadap atasan. Dengan cara apa? Dengan cara mematuhi
perintahnya dan melakukannya dengan sangat bertanggung jawab dan dengan segala
resiko yang mungkin dihadapi. Yang menjadi pusat perhatian seorang prajurit
adalah bagaimana agar ia berkenan di mata komandannya.
3. Bagaikan
Seorang Atlet (ayat 5):
Rahasia sukses dari seorang atlet adalah disiplin yang
tinggi dan yang tidak dapat ditawar-tawar. Taat kepada setiap aturan dalam
gelanggang pertandingan. Untuk menjadi juara, ia rela betlatih dengan keras dan
berkelanjutan. Ia terus mengasah ketrampilannya.
4. Bagaikan
Seorang Petani (ayat 6-7):
Ciri dari seorang petani yang patut diteladani adalah
bahwa ia seorang pekerja keras. Pusat perhatiannya adalah bagaimana mendapatkan
hasil panen yg baik, bahlan berlimpah. Untuk itu ia membajak sawahnya dengan
baik, mengusahakan agar terairi dengan baik, menabur dengan benih yang baik,
mencabuti rumput hingga memupuk sawahnya.
5. Bagaikan
Seorang Pekerja (ayat 15-19):
Seorang pekerja haruslah ia rajin. Seorang pekerja
yang rajin akan memuaskan tuan yang mengupahnya. Tugas dan tanggung jawab yang
diemban oleh jemaat atau gereja Tuhan menuntut pekerja-pekerja yang rajin.
Tetapi seorang pekerja yang malas tidak akan mendapat upahnya. Bahkan ia tidak
akan dipekerjakan lagi oleh tuannya, yang bila itu yang terjadi, ia akan
mendapat malu.
6. Bahaikan
Sebuah Bejana (ayat 20-22):
Satu perkara yang menjadi perhatian orang ketika
berbicara tentang bejana dalam rumah ibadah adalah kebersihannya; kesuciannya.
Demikianlah setiap orang percaya dituntut untuk menjaga kesucian hidupnya di
hadapan Allah. Cara yang tepat untuk memelihara kesucian hidup kita adalah
menjauhi apa yang dilarang oleh firman Tuhan, dan mengejar apa yang
diperintahkan.
7. Bagaikan
Seorang Hamba (ayat 23-26):
Tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam jemaat yang
disebut Kristen atau orang-orang percaya masih juga sering timbul
perbedaan-perbedaan pendapat atau sudut pandang. Dan bila hal demikian tidak
segera ditangani dengan arif dan bijaksana bisa menimbulkan pertengkaran bahkan
di kemudian hari bisa menjurus pada perpecahan.
Pedoman yang diberikan oleh firman Tuhan kepada kita
adalah bahwa hamba-hamba Tuhan, orang-orang percaya tidak boleh bertengkar.
Sebaliknya, harus dengan lemah lembut dan sabar menuntun orang-orang yang suka
melawan kepada pertobatan atau ke jalan yang benar.
Demikian renungan kita hari ini, kiranya Tuhan Yesus
memberkati kita sekalian agar menjadi kuat dalam kasih karunia. Sumber:
Pdt. Esman Naipospos