Iman Dan Pemakaiannya Dalam Alkitab 4
Iman
dan pemakaiannya dalam Alkitab ~ Ciri khas lain dalam
teologi Paulus ialah peranan Roh Kudus yg begitu luas dan mencolok. Paulus
berpendapat bahwa semua orang Kristen didiami oleh Roh Kudus (Rm 8:9, 14) dan
hal ini dia hubungkan juga dengan iman. Karena itu tentang Yesus, dia tulis kepada
orang Efesus, 'Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman
kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yg dijanjikan-Nya itu.
Dan Roh Kudus itu adalah
jaminan bagian kita...' (Ef 1:13 dab). Meterai melambangkan hak pemilikan,
suatu kiasan yg dimengerti pada suatu zaman, tatkala banyak orang buta aksara.
Roh Kudus yg diam dalam diri orang percaya menandakan hak milik Allah, dan
tanda ini dibubuhkan kepada seseorang hanya sesudah dia percaya. Ay yg dikutip
di atas berkata mengenai Roh Kudus sebagai jaminan bagian kita'.
Di sini Paulus memakai suatu
kata yg pada abad pertama berarti panjar, yg sekaligus adalah jaminan bahwa
sisa harga akan dilunasi kemudian. Jadi, jika seseorang menjadi percaya, ia
menerima Roh Kudus sebagai bagian dari kehidupan di 'dunia yg akan datang',
juga jaminan bahwa sisanya pasti menyusul.
(v) Penulis Surat Ibr melihat bahwa iman selalu merupakan ciri khas umat Allah. Dalam ps 11, yaitu gedung lukisannya yg indah, penulis mengenang orang-orang terhormat pada masa lampau, sambil menunjukkan bagaimana masing-masing mengemukakan tema luhurnya bahwa 'tanpa iman, tak mungkin orang berkenan kepada Allah' (Ibr 11:6).
(v) Penulis Surat Ibr melihat bahwa iman selalu merupakan ciri khas umat Allah. Dalam ps 11, yaitu gedung lukisannya yg indah, penulis mengenang orang-orang terhormat pada masa lampau, sambil menunjukkan bagaimana masing-masing mengemukakan tema luhurnya bahwa 'tanpa iman, tak mungkin orang berkenan kepada Allah' (Ibr 11:6).
Penulis secara khusus
tertarik pada pertentangan iman dengan penglihatan. Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yg diharapkan dan bukti dari segala yg tidak kita lihat (Ibr
11:1). Ia menekankan bahwa orang yg tidak mempunyai apa pun secara lahiriah yg
bisa menopangnya dalam perjalanannya, toh tetap berpegang teguh kepada janji
janji Allah. Dengan perkataan lain, mereka hidup dan berjalan di dalam iman;
bukan dalam penglihatan.
(vi) Di antara penulis PB, baiklah kita memberi perhatian kepada Yakobus. Ada pendapat bahwa dalam hal iman dia bertentangan dengan Paulus. Apabila Paulus mempertahankan bahwa orang dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan, Yakobus mempertahankan 'bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena imannya' (Yak 2:24).
(vi) Di antara penulis PB, baiklah kita memberi perhatian kepada Yakobus. Ada pendapat bahwa dalam hal iman dia bertentangan dengan Paulus. Apabila Paulus mempertahankan bahwa orang dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan, Yakobus mempertahankan 'bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena imannya' (Yak 2:24).
Tapi ini hanyalah selisih
verbalisasi saja. Jenis 'iman' yg ditentang oleh Yakobus bukanlah kepercayaan
pribadi yg membara kepada Juruselamat yg hidup seperti dibicarakan oleh Paulus.
Yg dibicarakan Yakobus ialah iman, yg diterangkan Yakobus sendiri, 'Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga
percaya akan hal itu dan gemetar' (2:19).
Maksud Yakobus ialah ihwal
akal budi menyetujui kebenaran-kebenaran tertentu, tapi tidak. mendukung
pendapat bahwa hidup selaras dengan kebenaran-kebenaran itu akan mendampakkan
keselamatan (2:15 dab). Betapa jauhnya Yakobus dari menentang iman dalam arti
seutuhnya, sehingga di mana saja dia mempradalilkannya.
Pada awal suratnya secara
wajar ia berbicara tentang 'ujian terhadap imanmu' (1:3), dan dia menasihati
pembacanya supaya 'sebagai orang yg beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yg
mulia itu, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka' (2:1). Ia
mengecam iman yg salah, tapi menganggap bahwa tiap orang akan mengakui perlunya
iman yg benar.
Lagipula arti 'perbuatan' bagi Yakobus tidaklah sama dengan arti seperti dimaksudkan Paulus. Paulus memikirkan ketaatan kepada tuntutan perintah Taurat yg dipandang sebagai sistem, yg olehnya seseorang dapat meraih keselamatan karena jasa. Bagi Yakobus Taurat ialah 'Taurat yg memerdekakan' (2:12).
Lagipula arti 'perbuatan' bagi Yakobus tidaklah sama dengan arti seperti dimaksudkan Paulus. Paulus memikirkan ketaatan kepada tuntutan perintah Taurat yg dipandang sebagai sistem, yg olehnya seseorang dapat meraih keselamatan karena jasa. Bagi Yakobus Taurat ialah 'Taurat yg memerdekakan' (2:12).
Yg dia sebut 'perbuatan'
adalah sama dengan 'buah-buah Roh' yg dibicarakan oleh Paulus.
Perbuatan-perbuatan kasih timbul sebagai dampak dari sikap yg benar terhadap
Allah. Perbuatan itu adalah buah iman. Yakobus keberatan terhadap pernyataan
bahwa iman ada kendati tanpa buah yg membuktikannya.
Iman jelas merupakan salah satu konsepsi penting dalam seluruh PB. Di mana-mana iman dituntut dan keutamaannya ditekankan. Iman membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber kekuatan sendiri. Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah.
Iman jelas merupakan salah satu konsepsi penting dalam seluruh PB. Di mana-mana iman dituntut dan keutamaannya ditekankan. Iman membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber kekuatan sendiri. Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah.
Iman berarti memegang teguh
janji Allah di dalam Kristus dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada karya
Kristus yg genap seutuhnya demi keselamatan, dan kepada kekuasaan Roh Kudus
demi kekuatan sehari-hari. Iman mencakup kepercayaan yg utuh dan ketaatan
mutlak kepada Allah.
KEPUSTAKAAN. D. M Baillie, Faith in God, 1964; W. F Howard, Christianity according to St. John, 1943; 13.13 Warfield in HDB; W. A Whitehouse dalam RTWB; J. G Machen, What is Faith?, 1925; G. C Berkouwer, Faith and Justification, 1954; J Hick, Faith and Knowledge', 1966; NIDNTT, hlm 587-606; TDNT 6, hlm 1-11; TDNT 6, hlm 174-228. LM/MHS
KEPUSTAKAAN. D. M Baillie, Faith in God, 1964; W. F Howard, Christianity according to St. John, 1943; 13.13 Warfield in HDB; W. A Whitehouse dalam RTWB; J. G Machen, What is Faith?, 1925; G. C Berkouwer, Faith and Justification, 1954; J Hick, Faith and Knowledge', 1966; NIDNTT, hlm 587-606; TDNT 6, hlm 1-11; TDNT 6, hlm 174-228. LM/MHS