Allah Mengasihi Dengan Kasih Yang Sempurna
Allah
mengasihi dengan kasih yang sempurna ~ Landasan firman Tuhan
dari tema tersebut diambil dari Injil Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Manusia telah jatuh ke dalam dosa.
Akibat dosa, relasi Allah dengan manusia menjadi rusak. Tidak ada jalan bagi
manusia bisa bebas dari hukuman atas dosa yang dilakukan. Tidak ada cara yang
dibuat oleh manusia untuk mendamaikan dirinya dengan Allah. Jalan satu-satunya
hanya bisa yaitu dari Allah sendiri.
Pertanya penting yang patut
diajukan ialah: “Bagaimana cara dan jalan yang harus dilakukan oleh Allah, demi
terjadinya pendamaian antara diri-Nya dengan manusia ciptaan-Nya?” Dari firman
Tuhan dalam Injil Yohanes 3:16, yang saya kutip di atas, maka kita menemukan
beberapa hal penting yang menegaskan bahwa Allah mengasihi dengan kasih yang
sempurna, yaitu:
1. Kasih Allah begitu besar bagi manusia.
Dalam teks asli tidak ada
kata “besar”. Namun setiap diskusi tentang Allah ukuran absolut tentu sebuah
keniscayaan. Pribadi Allah selalu identik dengan sifat-sifat-Nya. Salah satu
sifat dan karakter Allah ialah kasih. “...begitu besar kasih Allah”, memiliki
beberapa makna, yaitu: Satu, “... begitu besar kasih Allah”
menunjuk kepada kondisi yang tidak dapat dibatasi oleh apa dan siapapun. Dua,
“... begitu besar kasih Allah” menegaskan bahwa Allah dan kasih-Nya melampaui
keberdosaan manusia. Tiga, “... begitu besar kasih Allah”
menegaskan bahwa di hati Allah tersedia tempat bagi manusia kendati pun manusia
telah melakukan dosa. Itu sebabnya, Allah mengasihi kita dengan kasih yang
sempurna.
2. Kasih Allah dibuktikan bagi manusia.
Ketika Alkitab berbicara tentang dunia – kecuali dunia pra-dosa dan dunia/bumi baru -, Alkitab mengacu pada kondisi yang sudah menyimpang, rusak, bahkan bejat. Narasi dan biografi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengonfirmasi kondisi tersebut. Tetapi sungguh ajaib, karena justru kepada dunia yang sangat tidak layak itulah kasih Allah dicurahkan.
Ketika Alkitab berbicara tentang dunia – kecuali dunia pra-dosa dan dunia/bumi baru -, Alkitab mengacu pada kondisi yang sudah menyimpang, rusak, bahkan bejat. Narasi dan biografi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengonfirmasi kondisi tersebut. Tetapi sungguh ajaib, karena justru kepada dunia yang sangat tidak layak itulah kasih Allah dicurahkan.
Frasa “Yesus Anak Allah” telah menimbulkan syak dan cibiran dari banyak orang. Hal itu disebabkan oleh kesalahpahaman akan bahasa dan doktrin Alkitab. Gelar Anak Allah bagi Yesus dalam konteks Kitab Yohanes adalah : a. Firman Allah (1:1; 8:42); b. Menyatakan Allah (1:18; 14:9); c. Menunjuk pada kesetaraan-Nya dengan Allah (5:17,18; 10:30).
3. Kasih Allah berdampak bagi keselamatan manusia.
Yohanes 3:16
disampaikan Yesus kepada Nikodemus seorang pemimpin agama. Agama tidak mampu
mengubah natur dosa manusia (lih. Gal. 1:13,14), apalagi membawanya ke surga.
Hanya dengan percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat,
seseorang diperdamaikan dengan Allah dan pendamaian itu menghasilkan perubahan
watak dan membawanya ke surga. “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku” – Yohanes 14:6.
Hidup adalah
kontras dari kematian. Ketika Alkitab berbicara tentang hidup, hal itu menunjuk
pada adanya hubungan dan persekutuan dengan Allah. Sebaliknya, ketika berbicara
tentang kematian, Alkitab mengacu pada rusaknya hubungan manusia dengan Allah
(lih. Kej. 2:16,17). Jadi hidup yang kekal adalah adanya hubungan dan
persekutuan antara manusia dengan Allah dimulai sejak percaya kepada Yesus
sampai ke dalam kekekalan bersama dengan-Nya. “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu
Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamu pun berada” – Yohanes 14:1-3.