Kemandirian Allah
Adalah tidak mungkin bagi sesuatu untuk menciptakan dirinya sendiri. Konsep menciptakan diri sendiri merupakan istilah yang kontradiksi atau pernyataan yang bertentangan dengan akal sehat. Saya mengajak pembaca untuk berhenti sejenak dan merenungkan apa yang akan saya tuliskan di bawah ini. Tidak sesuatu pun yang dapat menciptakan dirinya sendiri. Allah sendiripun tidak dapat menciptakan diri-Nya sendiri. Apabila Allah menciptakan diri-Nya sendiri, maka Dia harus ada sebelum diri-Nya sendiri ada. Allah pun tidak dapat melakukan itu.
Setiap akibat harus ada penyebabnya. Hal ini merupakan definisi yang benar. Hal yang perlu kita ketahui adalah Allah bukanlah suatu akibat. Dia tidak memiliki asal mula, oleh karena itu Ia tidak memerlukan penyebab untuk keberadan-Nya. Dia adalah kekal, itu berarti Dia selalu ada, dulu dan sekarang. Pada diri-Nya sendiri Ia memiliki kuasa keberadaan. Dia tidak membutuhkan pertolongan dari sumber lain di luar diri-Nya untuk membuat-Nya terus-menerus berada. Inilah yang dimengerti sebagai keberadaan yang mandiri. Memang ini merupakan konsep yang dalam dan menakjubkan. Pengetahuan ini tidak ada perbandingannya. Segala sesuatu yang kita mengerti di dalam wilayah pengetahuan kita bergantung dan manusiawi. Kita tidak dapat mengerti secara tuntas suatu eksistensi yang mandiri.
Secara definisi memang tidak mungkin ciptaan dapat berada secara mandiri, tetapi itu tidak berarti bahwa Pencipta tidak dapat berada secara mandiri. Allah sama dengan kita yaitu tidak dapat menciptakan diri-Nya sendiri. Namun, Allah berbeda dengan kita, yaitu Ia dapat berada secara mandiri. Ini merupakan perbedaan yang esensi di antara Pencipta dengan ciptaan. Inilah yang menjadikan Allah suatu keberadaan yang lain.
Konsep keberadaan yang mandiri tidak menyalahi hukum berpikir, logika atau ilmiah. Konsep ini merupakan pemikiran yang absah secara rasional. Namun sebaliknya, konsep dari menciptakan diri sendiri menyalahi hukum yang paling mendasar dari berpikir, logika dan ilmiah, yaitu hukum non kontradiksi. Keberadaan yang mandiri adalah rasional; menciptakan diri sendiri adalah tidak rasional.
Pemikiran akan adanya suatu keberadaan yang mandiri bukan saja mungkin secara rasional, tetapi juga merupakan suatu keharusan yang rasional. Akal budi menuntut bahwa jika sesuatu itu ada, maka sesuatu itu harus memiliki "kekuatan untuk berada" di dalam dirinya sendiri. Jika tidak, maka tidak akan ada keberadaan. Apabila sesuatu tidak berada secara mandiri, maka tidak mungkin ada keberadaan sama sekali.
Mungkin pertanyaan yang paling tua dan paling mendalam mengenai hal ini adalah: Mengapa harus ada "sesuatu" dan bukannya "tidak ada apa-apa?" Jawaban yang tepat (paling tidak) untuk sebagian pertanyaan itu adalah oleh karena Allah ada. Allah ada secara kekal di dalam diri-Nya sendiri. Dia adalah sumber dan mata air dari segala keberadaan. Dia sendiri memiliki kuasa keberadaan. Paulus menyatakan kebergantungan kita pada kuasa keberadaan Allah untuk keberadaan kita sendiri: "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, dan kita ada" - Kisah Para Rasul 17:28. Baca juga artikel ini: Alkitab Dan Penafisran Pribadi.