Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Iman Pondasi Bagi Keberhasilan Visi


Iman pondasi bagi keberhasilan visi ~ Landasan firman Tuhan untuk tema iman pondasi bagi keberhasilan visi diambil dari surat yang ditulis oleh penulis Ibrani yaitu Ibrani 11:22. Penulis surat Ibrani dalam pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus, menulis: “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang belulangnya”.

Apa itu iman?
Iman secara teologis dijelaskan oleh penulis surat Ibrani yaitu: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” Ibrani 11:1.

Apa itu visi?
Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah organisasi, perusahaan atau instansi. Visi merupakan tujuan masa depan sebuah instansi, organisasi, atau perusahaan. Visi juga adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para pendiri. Pikiran-pikiran tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.

Selain itu, visi juga adalah Pandangan mengenai arah sebuah manajemen. Mau dibawa ke arah mana manajemen tersebut? Agar bisa membangun kesuksesan, maka perlu ada arah jelas mengenai laju perusahaan atau instansi.


Jika dirangkum, definisi atau pengertian visi adalah sebagai berikut:
Visi adalah suatu tulisan yang menyatakan Cita-cita suatu perusahaan, instansi, atau organisasi di masa depan. Visi adalah suatu tulisan singkat, fokus, dan jelas, yang merupakan arah sebuah perusahaan, instansi, atau organisasi. Visi adalah sebuah gagasan tertulis mengenai tujuan utama pendirian sebuah perusahaan, instansi, atau organisasi.

Yusuf adalah anak Yakub yang telah menerima visi semasa hidupnya melalui mimpi (Kejadian 37:5-11). Dan visi itu terwujud dalam hidupnya. Hal yang menarik dalam Kitab Ibrani 11:22 dikatakan bahwa karena iman Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya.

Iman yang dimiliki Yusuf dapat disebut sebagai pondasi bagi visi. Maka orang yang memiliki visi disebut visioner. Alkitab mengatakan bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1) dan hal ini disebut sebagai visi. Yusuf dikaruniakan Allah untuk melihat masa depan bangsanya.

Ada dua hal yang Yusuf dinubuatkan akan terjadi setelah dia meninggalkan dunia ini adalah: 1) nasib orang-orang Israel yang akan keluar dari Mesir (visi bangsa); 2) nasib tulang-belulangnya sendiri (visi pribadi). Kadangkala orang menerima visi untuk dijalankannya dalam kehidupannya dan bernubuat untuk bangsanya tanpa melibatkan dirinya lagi.

Namun sangat berbeda dengan Yusuf, walaupun dia tidak hidup lagi di dunia tetapi tulang-belulangnya menjadi saksi iman lintas generasi (generasi Musa dan Yosua). Nasib orang-orang Israel dinubuatkan Yusuf didasarkan akan janji Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub bahwa Allah akan membawa mereka keluar dari negeri ini ke dalam negeri yang dijanjikan-Nya (Kejadian 50:24). Dan pesan Yusuf selanjutnya adalah perintah untuk membawa tulang-tulangnya keluar juga dari Mesir.

Waktu yang dibutuhkan untuk penggenapan nubuat Yusuf sangat lama karena Alkitab mengatakan bahwa bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir yang tidak mengenal Yusuf (Keluaran 1:8). Sampai akhirnya bangsa Israel keluar dari Mesir dibawah pimpinan Musa dan ia masih mengingat sumpah yang diucapkan oleh anak-anak Israel tentang tulang-belulang Yusuf dan memerintahkan untuk membawa serta keluar dari Mesir.

Kita dapat membayangkan bahwa tulang belulang Yusuf selalu ikut serta dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir dan menuju tanah perjanjian. Maka dapat dikatakan bahwa secara rohani Yusuf masih terlibat dalam rencana Allah sampai ia dikuburkan di tanah milik ayahnya, Yakub di Sikhem semasa generasi Yosua memasuki tanah Kanaan, tanah perjanjian (Yosua 24:32). Sungguh ajaib visi Tuhan bagi Yusuf!

Post a Comment for "Iman Pondasi Bagi Keberhasilan Visi"

Translate