4 Jenis Puasa Menurut Agama Hindu
4
jenis puasa menurut agama hindu ~ Puasa berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari kata Upa dan Wasa, di mana Upa artinya dekat atau
mendekat, dan Wasa artinya Tuhan atau Yang Maha Kuasa. Upawasa atau puasa
artinya mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha esa.
Puasa menurut Hindu adalah
tidak sekedar menahan haus dan lapar, tidak untuk merasakan bagaimana menjadi
orang miskin dan serba kekurangan, dan tidak untuk menghapus dosa dengan janji
surga.
Puasa menurut Hindu adalah
untuk mengendalikan napsu Indria, mengendalikan keinginan. Indria haruslah
berada dibawah kesempurnaan pikiran, dan pikiran berada dibawah kesadaran
budhi. Jika indria kita terkendali, pikiran kita terkendali maka kita akan dekat
dengan kesucian, dekat dengan Tuhan.
4
Jenis puasa menurut Hindu
1.
Puasa (Upawasa) yang wajib (diharuskan)
Siwaratri jatuh setiap panglong ping 14 Tilem kapitu atau
Prawaning Tilem Kapitu, yaitu sehari sebelum tilem. Puasa total tidak makan dan
minum apapun dimulai sejak matahari terbit sampai dengan matahari
terbenam. Nyepi jatuh pada penanggal ping pisan sasih kedasa (lihat kalender
ketika libur nasional).
Puasa total tidak makan dan
minum apapun dimulai ketika fajar hari itu sampai fajar keesokan harinya
(ngembak gni). Purnama dan tilem, puasa tidak makan atau minum apapun dimulai
sejak fajar hari itu hingga fajar keesokan harinya.
Puasa untuk menebus dosa
dinamakan dalam Veda Smrti untuk Kaliyuga: Parasara Dharmasastra, sebagai
“Tapta krcchra vratam” adalah puasa selama tiga hari dengan tingkatan
puasa: minum air hangat saja, susu hangat saja, mentega murni
saja tanpa makan dan minum sama sekali.
Pilihan ditentukan oleh
jenis dosa yang dilakukan: membunuh binatang, membunuh, mencederai sapi,
hubungan kelamin terlarang (zina), makan makanan terlarang, membunuh manusia,
dll.
2.
Puasa yang tidak wajib
adalah puasa yang dilaksanakan di luar ketentuan di atas, misalnya pada hari-hari suci: odalan, anggara kasih, dan buda kliwon. Puasa ini diserahkan pada kebijakan masing-masing, apakah mau siang hari saja atau satu hari penuh. Ingat bahwa pergantian hari menurut Hindu adalah sejak fajar sampai fajar besoknya; bukan jam 00 atau jam 12 tengah malam.
adalah puasa yang dilaksanakan di luar ketentuan di atas, misalnya pada hari-hari suci: odalan, anggara kasih, dan buda kliwon. Puasa ini diserahkan pada kebijakan masing-masing, apakah mau siang hari saja atau satu hari penuh. Ingat bahwa pergantian hari menurut Hindu adalah sejak fajar sampai fajar besoknya; bukan jam 00 atau jam 12 tengah malam.
3.
Puasa berkaitan dengan upacara tertentu
misalnya setelah mawinten atau mediksa, puasa selama tiga hari hanya dengan makan nasi kepel dan air kelungah nyuhgading.
misalnya setelah mawinten atau mediksa, puasa selama tiga hari hanya dengan makan nasi kepel dan air kelungah nyuhgading.
4. Puasa berkaitan dengan
hal-hal tertentu
sedang bersamadhi, meditasi, sedang memohon petunjuk kepada Hyang Widhi, setiap saat (tidak berhubungan dengan hari rerainan) dan jenis puasa tentukan sendiri apakah total (tidak makan dan minum sama sekali) selama 1 hari 1 malam atau seberapa mampunya.
sedang bersamadhi, meditasi, sedang memohon petunjuk kepada Hyang Widhi, setiap saat (tidak berhubungan dengan hari rerainan) dan jenis puasa tentukan sendiri apakah total (tidak makan dan minum sama sekali) selama 1 hari 1 malam atau seberapa mampunya.
Memulai puasa dengan upacara
sederhana yaitu menghaturkan canangsari kalau bisa dengan banten pejati memohon
pesaksi serta kekuatan dari Hyang Widhi. Mengakhiri puasa dengan sembahyang
juga banten yang sama. Makanan sehat yang digunakan sebelum dan setelah puasa
terdiri dari unsur-unsur: beras (nasi) dengan sayur tanpa bumbu keras,
buah-buahan, susu, madu dan mentega.
Makanan yang dianjurkan dan
dilarang bagi umat Hindu ada dalam Manawa Dharmasastra buku ke V. Silahkan
lihat dan pelajari, usahakan menepati apa yang ditulis di sana. Wanita yang
sedang haid ada dalam keadaan cuntaka, jadi tidak boleh berpuasa. Tidak ada
perbedaan puasa antara laki dan perempuan.