Penafsiran Alkitab
Penafsiran Alkitab merupakan pekerjaan yang lebih serius dibandingkan dengan menafsirkan Kontitusi Amerika Serikat oleh karena penafsiran Alkitab membutuhkan ketelitian dan keseriusan yang lebih ketat.
Alkitab merupakan Pengadilan Tertinggi kita. Hukum utama dalam penafsiran Alkitab adalah "Firman Tuhan merupakan penafsir bagi dirinya sendiri". Prinsip ini berarti bahwa Alkitab harus ditafsirkan oleh Alkitab. Hal yang tidak jelas dalam salah satu bagian dari Alkitab dapat dijelaskan oleh bagian lain.
Penafsiran Firman Tuhan dengan Firman Tuhan berarti kita tidak boleh mengambil satu bagian Alkitab untuk mempertentangkan dengan bagian yang lain di Alkitab. Setiap teks harus dimengerti bukan hanya dalam terang konteks di bagian itu saja, tetapi juga konteks keseluruhan dari Alkitab.
Sebagai tambahan, supaya dapat dimengerti dengan tepat, metode satu-satunya yang sah untuk menafsirkan Alkitab adalah metode penafsiran yang bersifat harfiah. Namun ada kebingungan berkenaan dengan ide metode penafsiran harfiah ini. Penafsiran harfiah, sebenarnya secara sederhana berarti kita harus menafsirkan Alkitab sebagaimana apa yang tertulis di dalam Alkitab.
Kata benda harus diperlakukan sebagai kata benda, dan kata kerja harus diperlakukan sebagai kata kerja. Ini berarti bahwa semua bentuk yang dipergunakan di dalam penulisan Alkitab harus ditafsirkan sesuai dengan hukum tata bahasa yang berlaku berkenaan dengan bentuk-bentuk tersebut.
Puisi harus diperlakukan sebagai puisi. Catatan sejarah harus diperlakukan sebagai catatan sejarah. Perumpamaan harus diperlakukan sebagai perumpamaan. Kenyataannya, kebanyakan kesalahan-kesalahan penafsiran merupakan akibat dari penyimpulan yang tidak absah dari Firman Tuhan.