Teologi Iman
Teologi iman ~ Tema IMAN dalam surat Ibrani lebih menonjol dan terpenting, jika dibandingkan dengan topik tentang pertobatan. Tema tentang IMAN dipaparkan dalam beragam cara. Salah satu yang terpenting ialah daftar sistematis dari generasi BERIMAN yang hidup oleh IMAN. Warisan IMAN yang dihidupi dari generasi ke generasi dimuat dalam Ibrani 11.
Penulis surat Ibrani sangat mengerti dan paham tentang konsep hidup BERIMAN. Hal ini terlihat dalam penegasannya tentang IMAN sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" - Ibrani 11:1. Di sini kata pistis (iman) tidak menggunakan kata sandang dan dengan demikian dapat dipahami dalam arti yang umum, walaupun memiliki korelasi khusus dengan IMAN Kristen.
Jika terjemahan hupostasis (yaitu 'dasar') di sini sudah benar, maka pengertiannya adalah bahwa IMAN merasa pasti bahwa apa yang diharapkan akan terjadi. Dalam arti ini, IMAN berkaitan erat dengan tema kesetiaan Allah. Tetapi hupostasis bisa juga berarti "hakikat", dan jika inilah arti yang disiratkan di sini, maka itu tentu berarti bahwa IMAN memberi wujud kepada hal-hal yang sedang diharapkan. Daftar perbuatan-perbuatan yang luar biasa dari orang-orang BERIMAN, yang menyusul pernyataan itu, menggambarkan ketekunan IMAN dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang tak terhitung banyaknya.
Tentu harapan dan penglihatan atas apa yang tidak kelihatan memainkan peranan utama dalam daftar ini. Tatkala penulisnya beranjak kepada khir pembahasannya, ia mengakui bahwa tanpa kita orang-orang ini tak dapat sampai kepada kesempurnaan - Ibrani 11:40, lalu menegaskan bahwa Yesus adalah perintis dan penyempurna IMAN kita - Ibrani 12:2. Penulis nampaknya memahami Yesus sebagai Pengilham orang-orang zaman kuno maupun orang-orang sezaman-Nya.
Dengan kata lain, ia berpendapat bahwa zaman yang lalu telah bergerak menuju IMAN yang secara sempurna hanya terlihat dalam Yesus. Dalam hal ini kata sandang yang menyertai kata IMAN menyiratkan bahwa ungkapan itu digunakan berkenaan dengan keKritenan secara menyeluruh, tetapi sekali lagi tidak terdapat di sini pengertian tentang penyerahan pribadi yang begitu utama dalam pemikiran Paulus.
Orang-orang Ibrani dihimbau menjadi "pecontoh mereka yang oleh IMAN dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah" - Ibrani 6:12. Tema "mencontoh IMAN" ini muncul lagi dalam Ibrani 13:7. Dalam kedua contoh ini, IMAN dilihat sebagai suatu ketekunan yang tegar. Dalam surat ini hal itu disejajarkan dengan nasehat untuk berpegang teguh - Ibrani 3:6; 10:23. Karena hal inilah, maka IMAN dan pengharapan dikaitkan dengan erat.
Penulis surat Ibrani sangat mengerti dan paham tentang konsep hidup BERIMAN. Hal ini terlihat dalam penegasannya tentang IMAN sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" - Ibrani 11:1. Di sini kata pistis (iman) tidak menggunakan kata sandang dan dengan demikian dapat dipahami dalam arti yang umum, walaupun memiliki korelasi khusus dengan IMAN Kristen.
Jika terjemahan hupostasis (yaitu 'dasar') di sini sudah benar, maka pengertiannya adalah bahwa IMAN merasa pasti bahwa apa yang diharapkan akan terjadi. Dalam arti ini, IMAN berkaitan erat dengan tema kesetiaan Allah. Tetapi hupostasis bisa juga berarti "hakikat", dan jika inilah arti yang disiratkan di sini, maka itu tentu berarti bahwa IMAN memberi wujud kepada hal-hal yang sedang diharapkan. Daftar perbuatan-perbuatan yang luar biasa dari orang-orang BERIMAN, yang menyusul pernyataan itu, menggambarkan ketekunan IMAN dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang tak terhitung banyaknya.
Tentu harapan dan penglihatan atas apa yang tidak kelihatan memainkan peranan utama dalam daftar ini. Tatkala penulisnya beranjak kepada khir pembahasannya, ia mengakui bahwa tanpa kita orang-orang ini tak dapat sampai kepada kesempurnaan - Ibrani 11:40, lalu menegaskan bahwa Yesus adalah perintis dan penyempurna IMAN kita - Ibrani 12:2. Penulis nampaknya memahami Yesus sebagai Pengilham orang-orang zaman kuno maupun orang-orang sezaman-Nya.
Dengan kata lain, ia berpendapat bahwa zaman yang lalu telah bergerak menuju IMAN yang secara sempurna hanya terlihat dalam Yesus. Dalam hal ini kata sandang yang menyertai kata IMAN menyiratkan bahwa ungkapan itu digunakan berkenaan dengan keKritenan secara menyeluruh, tetapi sekali lagi tidak terdapat di sini pengertian tentang penyerahan pribadi yang begitu utama dalam pemikiran Paulus.
Orang-orang Ibrani dihimbau menjadi "pecontoh mereka yang oleh IMAN dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah" - Ibrani 6:12. Tema "mencontoh IMAN" ini muncul lagi dalam Ibrani 13:7. Dalam kedua contoh ini, IMAN dilihat sebagai suatu ketekunan yang tegar. Dalam surat ini hal itu disejajarkan dengan nasehat untuk berpegang teguh - Ibrani 3:6; 10:23. Karena hal inilah, maka IMAN dan pengharapan dikaitkan dengan erat.