Translate

Relevansi Pembenaran Dengan Pengudusan 2

3. Hidup sebagai milik Allah.
Di dalam bagian ini, Calvin menyoroti kehidupan Kristen yang telah dibenarkan dan dikuduskan dari sisi ketaatan dalam melakukan hukum Allah. Hukum Taurat menjadi
pedoman untuk manusia yang dibenarkan dan dibebaskan dari hukuman Allah, supaya ia dapat mengatur kehidupannya yang baru sesuai dengan kehendak Allah. Hukum Taurat bagi orang yang dibenarkan bukan suatu paksaan tetapi suatu karunia Allah, yang diterima dan ditaati dengan rasa gembira dan terima kasih.
[1]

Calvin mengutip dari Roma 12:1 dengan mengatakan, orang-orang percaya wajib mempersembahkan tubuh mereka kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada-Nya. Ia juga memandang bahwa kita bukan kepunyaan kita sendiri (1 Kor. 6:19), melainkan kepunyaan Tuhan.
Seorang percaya seharusnya memandang dirinya sebagai: Kita bukan kepunyaan kita sendiri: maka jangan sampai akal atau kehendak kita menguasai rencana dan perbuatan kita. Kita bukan kepunyaan kita sendiri: maka janganlah kita menentukan usaha mencari apa yang berguna menurut daging kita sebagai tujuan kita. Kita bukan kepunyaan kita sendiri: maka hendaknya kita sedapat mungkin melupakan diri kita sendiri dan samua perkara kita.

Sebaliknya, kita kepunyaan Allah: maka sebaiknya kita mengabdi kepada Dia dalam kehidupan dan dalam kematian kita. kita kepunyaan Allah: maka sebaiknya Dialah, sebagai satu-satunya tujuan yang benar, yang dituju semua bagian kehidupan kita (Rm. 14:8).[2]

4. Hidup adalah melayani Allah.

Di dalam menafsirkan Roma 6:19 Calvin menyatakan bahwa tujuan hidup Kristen yang telah dibenarkan dan dikuduskan oleh Allah adalah untuk melayani Allah. Ia memandang keberhasilan dan kesejahteraan kita sebagai yang bergantung pada berkat Allah.
[36]Sehingga dengan demikian tiap-tiap orang harus memperhatikan panggilan Tuhan dalam setiap perbuatan kita, karena Allah telah menetapkan kewajiban-kewajiban bagi setiap orang menurut jalan hidupnya masing-masing.

Calvin meyakini bahwa setiap orang percaya yang telah dibenarkan dan dikuduskan oleh Allah dipanggil untuk melakukan perbuatan baik yang datangnya dari Allah juga. Ia menyatakan, “We must look to Paul’s design. He intends to show that we have brought nothing to God, by which He might be obliged to us; he shows that even the good works which we do have come from Him.”
[3]

Calvin memandang Allah sebagai pribadi yang memanggil manusia untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya. Semua karunia dan bakat merupakan kekuatan kita yang
dipercayakan kepada kita oleh Allah dengan syarat supaya dipergunakan untuk melayani-Nya dan sesama. Kita menjadi penyelenggara akan segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita dan kita wajib memberikan pertanggungan jawab mengenai pengurusannya kepada Allah.

Pembenaran dan pengudusan merupakan karya Allah yang esensial di dalam kehidupan orang percaya. Ketika seseorang dibenarkan dan dikuduskan oleh Allah, maka seharusnya ia juga menyadari bahwa hidupnya haruslah difokuskan kepada Allah yang menjadi pemilik dari hidupnya. Dengan demikian, bukan lagi berfokus kepada keberadaannya sebagai manusia, melainkan kepada Allah yang telah mengerjakan pekerjaan yang sempurna dalam hidupnya. Sehingga dengan demikian, baik hidup maupun kebenarannya diarahkan untuk melayani dan untuk memuliakan Tuhan. Statement Calvin, Soli Deo Gloria.





[1] Jonge, Apa Itu Calvinisme?, 58.
[2] Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen, 151.
[3] Ibid., 153.